Cari Blog Ini

Selamat datang di Inspirasiku

Realisasi Mimpi = Doa +Optimis + Positif Thingking+ Usaha + Mental Baja :)

Jumat, 05 Agustus 2011

Sebuah keinginan....






Dibalik awan itu selalu terdapat kumpulan bintang-bintang yang saling menunjukkan jati dirinya dengan memancarkan sinar yang terangnya. Aku paling suka jika disuruh untuk menatap bintang-bintang yang membentang luas diangkasa itu. Aku bisa mengutarakan semua yang ku inginkan kepada bintang-bintang itu.
Bintang bagiku adalah ibarat mimpi-mimpi yang bersinar terang, jika bintang bertebaran sangat banyak diangkasa rasanya ingin sekali ku buat sebuah rumah untuknya. Rumah yang dipenuhi oleh bintang-bintang yang bersinar terang. 
Rumah tempat semua berkumpul dengan potensi yang bersinar dan keceriaan yang terbangun dari proses kekeluargaan. Inilah mimpiku yang terbesar....
Akan ku wujudkan... demi itu semua

Jakarta, 31 Agustus 2002
(Disaat duduk memandang bintang2 yang bersinar)

Tidak ada kata terlambat untuk mimpi





Sudah ku bilang aku tidak pernah mau mencobanya mereka pasti akan menertawakan aku dengan pekerjaan yang sekarang ini” Inilah kalimat penolakan awal sewaktu aku memberikan pekerjaan kepada sahabatku, edi. Pekerjaan yang sekarang ini memang jauh dari apa yang diinginkan sekarang ini, tetapi setidaknya pekerjaan tersebut mampu memberikan peluang untuk menghasilkan uang.  
Edi adalah anak tunggal dari salah satu keluarga yang kaya dan terhormat.Sejak kecil kehidupanya sangat dimanja oleh kedua orang tuanya. Sehingga kesalahan orang tuanya baru disadarinya sejak Edi lulus universitas dan dia hanya mengandalkan orang tua nya untuk kehidupan sehari-harinya.
Orang tua edi menyadari kesalahanya memanjakan Edi hingga sekarang ini sehingga mereka ingin memberikan sebuah pelajaran yang bermanfaat di universitas kehidupan. Orang tuanya ingin melihat edi suatu saat tidak lagi tergantung kepada mereka. Sehingga orang tuanya memilih jalan untuk merencanakan scenario besar untuk membuat perubahan didalam diri edi. Skenario yang melibatkan aku sebagai sahabatnya.
Aku dan edi dapat dibilang mempunyai kehidupan yang berbeda, kehidupan keseharian edi jauh diatas dariku. Aku hanya memiliki gubuk sederhana peninggalan orang tuaku. Sedangkan edi memiliki rumah yang bak istana. Apapun keinginan edi pasti akan dituruti oleh kedua orang tuanya. Sedangkan aku perlu perjuangan yang keras hanya untuk mendapatkan sebuah baju baru.
Perkenalan aku dan edi karena sebuah ketidaksengajaan. Aku masih ingat dimana hari itu Edi hampir saja memukulku, kalo bukan karena orang tuanya yang mencegah perkelahian itu mungkin sekarang aku dan edi menjadi bermusuhan satu sama lain. Aku tidak sengaja menabrak mobil dengan motor tuaku yang dikendarai bersama orang tua.
Pada mulaanya dia tidak menerima kejadian itu, tetapi orang tuanya melihat aku terkapar dan tak dapat bangun dari motorku merasa harus menolongku. Berkali-kali aku minta maaf atas kesalahan ku yang tidak sengaja menabrak mobilnya.
Kejadian 5 tahun yang lalu membuat aku dan edi akhirnya bisa mengerti satu sama lain. Kali ini orang tuanya meminta kepadaku, untuk bisa membuat edi berubah. Mereka memang menyadari bahwa ini kesalahanya. Tetapi mereka tidak pernah ingin kesalahanya bertambah fatal karena ketergantungan edi kepada orang tuanya yang sudah tidak dapat di tolerir. Berkali-kali ayahnya menasehatinya untuk mencari kerja agar dia bisa hidup dengan mandiri. Dia pun tidak pernah mengiyakan keinginan dari ayahnya.
Dia lebih menikmati cucuran keringat dari ayahnya yang notabene adalah salah satu pemilik perusahaan. Akhirnya mereka memiliki scenario yang hebat agar edi anak semata wayangnya dapat berubah.
Inti dari skenario hebat itu adalah ayahnya bangkrut dari perusahaanya, sehingga harus menjual semua saham untuk menutupi utangnya. Rumah dan harta bendanya habis dijual hanya untuk menutupi utang-utangnya. Orang tuanya merasa harus hidup menumpang ke gubuk karena mereka malu untuk tinggal bersama keluarganya. Inilah pengorbanan terbesar yang dilakukan orang tuanya hanya untuk melihat edi memiliki mimpi.
Inilah hari-hari dimana seorang edi harus memiliki tanggung jawab untuk memikul keperluan keluarganya. Aku sudah pernah menawarkan edi untuk bekerja sebagai staff admin di perusahaan tempatku bekerja, tetapi edi menolaknya mentah-mentah dengan alasan dia tidak sanggup untuk bekerja di perusahaan karena dia tidak memiliki keahlian dalam bidangnya.
Lulusan sarjana ekonomi di salah satu universitas swastanya tidak pernah menginjakkan kakinya diperusahaan untuk bekerja. Selama 3 tahun setelah dia lulus universitas dia hanya menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya. Orang tuanya pernah menawarkan kepadanya apakah dia ingin usaha, tetapi dia tidak memiliki keinginan sama sekali untuk mendapatkan uang.
Setiap pekerjaan yang pernah ku tawarkan, dia menolaknya dengan sempurna. Aku merasa habis akal untuk membujuknya bekerja, hingga pada suatu saat dia membutuhkan uang. Sempat terpikir olehnya untuk meminjamnya kepadaku, tetapi aku tidak memberinya. Dan kini kehidupanya yang baru jauh dari harapanya, sehingga dia tidak mampu meminta kepada orang tuanya hanya untuk memenuhi makan sekali saja.
Inilah awalnya ketika dia menyadari bahwa kesalahanya selama ini adalah tergantung dari harta orang tuanya.
Seorang edi akhirnya dapat menitikkan air mata, hanya untuk mengakui kesalahan yang sebenarnya. “Fir, apa yang harus ku lakukan saat ini?” aku berusaha untuk menenangkan hatinya “Ed, kau memiliki kemampuan luar biasa, kau adalah sarjana ekonomi. Aku hanya lulusan SMA tetapi mampu menghasilkan uang. Mengapa kau tidak?” dia sempat tertegun dengan jawabanku
“Tapi, apakah perusahaan dapat menerimaku?” aku menggelengkan kepalaku bukan untuk mengatakan tidak kepadanya. Ini karena mengapa dia tidak memiliki motivasi sama sekali untuk menghasilkan uang. Aku hanya bertanya padanya “Ed, apa mimpimu untuk 5 tahun kedepan?” “fir, aku tidak tahu. Karena aku tidak memiliki keinginan apapun. Aku tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa?. Saat ini yang ku inginkan hanyalah mengembalikan kedudukan orang tuaku seperti dulu. Sungguh aku merasa sangat berdosa melihat mereka seperti sekarang ini. Tetapi aku pun tidak sanggup untuk melunasi semua utang-utang ayah dan mengembalikan perusahaanya kepadanya” dia menghela nafas dalam-dalam.
Satu kebaikanya adalah setidaknya dia telah menyadari kesalahanya. Setidaknya keinginan edi melihat orang tuanya seperti dulu adalah mimpi yang dia punya saat ini. “Lalu, bagaimana aku harus memulainya?” tanya edi kepadaku. Lalu aku menjawabnya “mulailah sekarang juga, disana ada pekerjaan yang menunggumu” aku memberikan pekerjaan sebagai pelayan di restoran dan dia tidak menolaknya.
Aku melihatnya dia berusaha yang terbaik untuk pekerjaanya, memang uang yang dia dapatkan jauh dari kehidupan sebenarnya.
Dia berusaha untuk mempelajari segalanya yaitu bagaimana menjalankan suatu bisnis restoran. Setiap dia pulang akhirnya dia memiliki mimpi, dia ingin mempunyai restoran seperti itu. Dia selalu menceritakan mimpinya kepada orang tuanya. Orang tuanya sangat bangga dengan kemajuan yang dimiliki putranya. Skenario yang dijalankan lebih dari 5 tahun itu kemudian diakhiri dengan hadirnya mimpi seorang edi.
Pengorbanan yang luar biasa dari orang tuanya hanya untuk menjadikan anaknya mempunyai mimpi. Ayahnya kali ini merasa bangga kepada anaknya, akhirnya selama ini dia telah mempunyai mimpi. Kemudian ayahnya berusaha membantunya untuk mendapatkan modal mendirikan usaha untuk putranya. Aku kagum mendengar jawaban edi ketika mendapatkan tawaran dari ayahnya “Terimakasih ayah, atas pengorbanan ayah selama ini. Ini mimpiku akan ku raih mimpiku dengan hasil kerja keras ku.
Aku percaya dengan mimpi ini, suatu saat nanti dapat mendirikan restoran walaupun nantinya dibuka warung yang sederhana dahulu”  Jawaban edi yang sangat membuat diriku bangga kepadanya. Tidak pernah ada kata terlambat bagi edi, walaupun di usianya yang ke 30 baru memiliki keinginan untuk bekerja.
Edi yang ku kenal sekarang ini jauh dari kejadian 20 Tahun silam sekarang ini dia adalah pria yang luar biasa dengan memilki semangat dan motivasi yang sangat tinggi untuk terus menjalankan bisnis restoranya. 
Dia akhirnya dapat membuktikan bahwa kini dia memiliki mimpi yang sangat sempurna. Dan baginya adalah tidak pernah ada kata terlambat dalam bermimpi.