Cari Blog Ini

Selamat datang di Inspirasiku

Realisasi Mimpi = Doa +Optimis + Positif Thingking+ Usaha + Mental Baja :)

Rabu, 08 Juni 2011

Koreksi Diri






Ketika didalam diri ini telah mampu menyatakan bahwa memang saya memiliki masalah, lalu selanjutnya apakah pernah terpikirkan untuk mengetahui dimanakah letak kesalahan kita dalam masalah tersebut? Tidak adanya keinginan untuk mengetahui letak kesalahan yang sesungguhnya merupakan sesuatu hal yang harus diperbaiki.
Sesungguhnya karena keinginan untuk mengetahui dimana letak kesalahan diri ini dalam suatu masalah merupakan cara yang tepat untuk melakukan pengkoreksian diri. Sebelum kita yakin terhadap penyelesaian terhadap suatu masalah, bertanyalah kepada diri sendiri. “Apakah yang saya lakukan ini sudah benar?” kita tidak pernah terpikrkan untuk melakukan pengkoreksian diri di tengah masalah yang sedang dihadapi. Hingga sering kali kita pun mengabaikan hal yang menjadi dasar terbentuknya sebuah solusi. Karena terbentuknya solusi sebuah masalah yang baik didasarkan pada pengkajian lebih dalam dengan cara interopeksi diri terhadap hal-hal terbaik dan terburuk yang telah dilakukan hingga menghasilkan solusi terbaik. Tanpa hal itu kita tidak pernah mengetahui apakah solusi masalah yang terbaik.
Dalam kenyataanya sering kali kita tidak pernah menghiraukan segala tindakan yang pernah dilakukan dalam penyelesaian masalah. Kita justru lebih asyik bekerja keras memikirkan jalan keluar terbaik dalam sebuah masalah. Padahal dasar untuk menyelesaikan sebuah masalah yang baru adalah ketika kita telah mampu mengkoreksi diri ini.
Koreksi diri dilakukan dengan cara membuat daftar apa saja hal-hal yang tidak baik yang pernah kita lakukan saat ini? Tidak juga daftar-daftar tidak baik kita perlu juga untuk mengkoreksi apa kelebihan kita selama ini? Dengan melakukan hal ini dimaksudkan agar suatu saat nanti ketika kita menghadapi sebuah masalah yang sulit lihatlah daftar perilaku terbaik dan terburuk kita. Lalu mengapa hal ini dilakukan? Misalnya ketika kita menyadari bahwa perilaku buruk kita selama ini adalah egois.
Penggambaran dalam perilaku yang egois adalah sebagai berikut, ketika kita dihadapkan sebuah masalah dengan orang lain yang menuntut penyelesaian dengan cepat ketika kita hanya mempertahankan egonya saja sedangkan kita pun mengetahui seseorang yang menjadi lawan dalam masalah tersebut memiliki tingkat egois yang cukup tinggi. Apa yang terjadi jika kita memberikan keegoisan kita terhadap penyelesaian masalah kepada lawan kita? Bukannya penyelesaian masalah yang kita dapatnya justru terdapat masalah yang baru yaitu perselisihan masalah.
Dengan kita membuat daftar perilaku buruk merupakan cara ya efektif dalam sebuah pengontrolan diri terhadap penanganan sebuah masalah. Ketika ingin marah terhadap masalah, dengan melihat catatan daftar perilaku buruk dimaksudkan agar catatan tersebut dapat menjadi alat yang baik dalam pengendalian diri.
Bukan hanya catatan perilaku buruk saja yang dapat memberikan sumbangan dalam pengendalian diri terhadap suatu masalah tetapi perilaku baik juga memberi energi yang luar biasa dalam memandang sebuah masalah. Sebagai contoh ketika kita menilai diri positif yaitu memiliki jiwa tak pantang menyerah. Dan masalah datang secra bertubi-tubi lalu ketika itu kita tak telah merasa lelah terhadap sebuah masalah coba lihatlah catatan positif diri ini dan tersenyumlah kepada diri sendiri sehingga diri ini mendapatkan diri kita yang dahulu.
Banyaknya masalah yang datang membuat diri ini kehilangan mengetahui siapa diri ini sendiri? Dimana kekuatan saya dan dimana kelemahan saya? Kita tidak mengetahui letak kekuatan dan kelemahan kita dalam menghadapi masalah. Padahal kedua hal ini menjadi penting dalam membentuk sebuah solusi terbaik ketika kita mengetahui kelemahan dan kekuatan kita sesungguhnya.
Jika kita belum mampu untuk mengkoreksi diri, mintalah kepada orang yang terdekat melakukan hal ini. Lalu mintalah dia untuk menilai secara keseluruhan dan terbuka terhadap hal-hal terbaik dan terburuk kita.  Hal ini dapat dilakukan tetapi dengan sebuah catatan kita telah siap menerima masukan terburuk sekalipun dari orang tersebut. Terkadang ketika kita belum siap menerima masukan dari seseorang kita sendiri menciptakan sebuah benteng pertahanan sehingga orang tersebut menjadi enggan menilai secara keseluruhan.
Bertanggung jawablah terhadap hal-hal yang telah dilakukan baik itu perilaku baik dan perilaku buruk. Dengan kita memiliki rasa tanggung jawab terhadap perilaku sendiri maka kita sudah mampu mengkoreksi dengan baik diri ini.