Cari Blog Ini

Selamat datang di Inspirasiku

Realisasi Mimpi = Doa +Optimis + Positif Thingking+ Usaha + Mental Baja :)

Selasa, 18 Januari 2011

2....

Langkah yang semakin berat ini ku pijakkan perlahan demi perlahan, kemana angin akan membawaku melangkah disitu aku yakin bahwa Tuhan masih menginginkan aku untuk menyinari bumi ini.

Ku bawa keraguan akan hidupku selanjutnya kuselipkan di sela-sela pelesir dasar hati ini. Anganku melayang menuju arah mentari yang ternyata telah muncul perlahan menyapa ku dengan cara tak biasa.....

Langkah nekad yang ku dapat, aku hanya berusaha untuk menyusuri jalan sebisaku. Sesungguhnya tidak ada bekal yang ku bawa. Nasi atau yang dapat mengganjal perutku baru saja ku habiskan beberapa jam yang lalu. Satu rupiah ku tidak tersinggahi di tubuh ini....

Semakin berat kaki ku melangkah dan kemudian aku terjatuh lebih dalam ke alam mimpi ku yang membawa hidup ini selanjutnya..... tidak ku rasakan apa-apapun juga hanya perasaan ringan. Baru kali ini aku merasakan hal seperti. Ringan seperti kapas yang sekali hembusan dapat terjatuh.Apakah angin membawaku ke nirwana........ apakah tubuh ku akan di bawa ke langit ketujuh?

perlahan-lahan suara terdengar semakin dekat di telingaku. "nak".... tetapi aku anganku masih terbawa jauh dan jauh.... Tubuhku terasa seperti terdapat goncangan hebat yang entah mendarat ke arah yang tak menentu.....

Mata yang terpejam sekian lama memaksakan mata kembali untuk melihat dunia ini.... aku tersadar dari mimpiku sekian lama. Entah berapa lama pasir waktu telah lelah untuk bekerja.

"Nak, akhirnya kamu sadar juga" seorang ibu yang menyentuh pipiku. Tangan yang semakin lembut yang bisa ku rasakan setiap jemarinya menyentuh wajahku. AKu hanya terdiam membisu memperhatikan seluruh ruangan yang terasa asing bagiku. Ruangan yang sederhana tersusun rapi dari sudut mata ini memandang.

"ibu menemukan kamu kemarin sore, tadinya mau saya bawa kamu kerumah sakit. Tapi suami saya mengatakan tunggu sampai pagi ini. Ternyata kamu sudah sadar"

Sempat terdiam sebentar dan akhirnya mulutku tak sabar untuk mengatakan sesuatu. "Maaf, sekarang hari dan tanggal berapa" Ibu itu tersenyum kepadaku lalu kembali mengatakan "Jumat 14 Januari 2005" Berarti aku tidak sadar selama 3 hari....

Aku sempat tersadar.....bahwa pada saat itu aku terjatuh ke tepi jurang dan sempat terseret arus sungai..............

Dan akhirnya aku terdampar di tempat yang sebelumnya belum pernah aku kunjungi.

Ketika ku terdiam membisu, dengan suara yang lembut ibu menganggetkan aku. "Nama nya siapa nak?" "Oh saya Riana" Ibu kembali tersenyum memandangiku.

Kemudian menepuk bahuku "Ayo kita makan dulu" aku tersenyum membalas ajakan ibu itu. AKu sudah tidak ingat sudah berapa lama perutku tidak terisi. Badan ku memang masih lemas sekali. Aku merasa kesulitan untuk berjalan. "Riana, setelah kita sarapa ada baiknya kalo saya antar kamu ke dokter. Kamu belum sehat betul." Meskipun langkah kakiku masih terpincang-pincang tapi aku yakin kalo aku sanggup tanpa harus ke dokter. "Tidak perlu bu, terimakasih" jawabku.

kami pun menuju meja makan yang telah terisi dengan makanan yang sudah lama tidak ku makan. Yah di meja tersebut terdapat makanan favoritku ayam goreng.
hmmm Keluarga ini memang sangat kecukupan gumam ku dalam hati. Ini terlihat dari beberapa koleksi krital yang terpampang rapi di lemari ukir tersebut. Ibu sempat menangkap arah mataku kepada kristal-kristal itu. Kemudian tersenyum memandangiku.

"Bapak, sudah pergi ke kantor." Ibu kembali memulai pembicaraan di tengah santap pagi yang mengenyangkan ini. Kami menemukan mu sewaktu bapak dalam perjalanan menuju lokasi bencana. Kamu terseret arus sungai ketika saya hendak membasuh muka. Tadinya kami ingin membawa mu ke rumah sakit" sebelum melanjutkan kata-katanya kembali ibu mengambilkan ayam goreng sambil tersenyum. Aku hanya menganggukkan kepalaku mendengar cerita dari ibu "Tapi kami mengambil keputusan untuk merawatmu di rumah, jika memang keadaaan tidak membaik baru kami akan membawamu kerumah sakit. Karena kami sendiri pada saat itu tidak tahu siapa namamu."

Aku tidak banyak mengatakan apapun juga hanya satu kata teringat di dalam pikiranku "Terimakasih Ibu"

........................................................................

1....

Puing-puing bekas bencana itu masih ada. Hanya diam membisu entah memandangi seluruh bangunan yang sudah rata dengan tanah. Kalau saja ku ingat kejadian banjir bandang yang telah memporak-porandakan hampir seluruh rumah di satu kecamatan ini rasanya air mata ini tidak bisa ku hentikan. Aku pun hampir tidak ingat di mana letak rumahku saat ini.

Angin berhembus sangat kencang sekali, hingga menusuk semua nadi yang berdenyut menyelusuri nafasku. Sesuatu yang menyentuh punggung tanganku, angin yang membawakan ini untukku. Ku ambil secarik kertas itu yang hampir melayang kembali karena angin. Ah...... air mata ku kembali berurai ketika terlihat foto ayah, ibu dan adikku yang masih utuh. Sudah 1 minggu setelah bencana itu aku sudah tidak pernah tahu keberadaan mereka.

Setiap hari aku ke lokasi ini untuk mengetahui jejak yang terpisah barangkali ada setiap tumpukan mayat yang baru saja di temukan terdapat salah satu keluargaku. Tetapi hingga sudah 7 hari sejak kejadian tidak di temukan keberadaan mereka. Menjadi tanda tanya dalam untuk kehidupan ku selanjutnya apakah keluargaku sebenarnya masih ada?

Air mata kembali perlahan membasahi wajahku yang setiap kali aku hapus kembali.

Bahkan langkah kaki ini sangat berat untuk ku pijakkan di atas bumi yang sudah tidak ingin ku kenal lagi. Aku tidak tahu kemana angin akan membawaku hidupku selanjutnya.

Ah biarkan angin yang meruntuhkan langkah kaki ini..... Ku pandangi langit yang hampir pekat menghitam... sebentar lagi hujan akan datang. Bisiku dalam hati. Aku harus kembali ke tempat sementara ku.

Penampungan yang di tempati ratusan pengungsi ini benar-benar membuatku jengah dan ingin melepaskan semua tali ini. Aku hampir tidak mengenal sesama orang di pengungsi ini. Semua serba terbatas disini. Ketika ku bayangkan kembali bagaimana kehidupan kami dahulu yang serba kecukupan sekarang ku harus terbiasa di hadapkan dengan hal yang asing bagiku.

Bahkan untuk tidur pun aku sangat tidak nyaman, hanya beralas terpal yang sangat dinginya menusuk kulitku dan selalu saja ada bagian tubuh ini tertekan atau tersenggol dengan bagian tubuh orang yang setiap malam berganti-ganti. Dan setiap malam aku hampir tidak dapat untuk memejamkan mata yang bagiku begitu lelah untuk melihat dunia ini.

saat ini usiaku baru saja 11 tahun seharusnya bulan depan aku harus masuk babak kehidupan baruku dimana meninggalkan bangku sekolah dasar dan seharusnya aku mesti melanjutkan ke satu tahap yang lebih tinggi lagi....

Saat ini dan malam ini aku harus putuskan untuk merengkuh mimpiku... atau tidak sama sekali.... aku ingin keluar dari tempat yang membuat ku tidak nyaman ini..... aku ingin membuat hidupku lebih baik lagi... aku ingin merubah ini semua........

Ku ingin menjadi kan nyata untuk setiap langkah ini..... memilih untuk meninggalkan tempat ini adalah langkah pertamaku......