Cari Blog Ini

Selamat datang di Inspirasiku

Realisasi Mimpi = Doa +Optimis + Positif Thingking+ Usaha + Mental Baja :)

Selasa, 05 Oktober 2010

“Wow” terjebaknya otak tengah


Akhir-akhir ini banyak sekali diperbincangkan tentang otak tengah. Yah begitu menakjubkan seketika apa yang di janjikan oleh otak tengah dapat bermanfaat dengan baik. Banyak hal-hal yang secara logika susah dapat di ambil kesimpulan seperti ketika dapat melakukan apapun dengan menutup mata sebagai contoh menggambar, membaca, dan berjalan.  Kita akan berteriak “wow” untuk setiap kegiatan diatas yang dapat dikerjakan dengan otak tengah. Efek sementara ini begitu menakjubkan di luar dugaan otak kita berstimulus bahwa otak tengah begitu menganggumkan.
Efek “wow” yang hanya sekejap ini apakah dapat dimanfaatkan ketika seseorang mengalami masalah? Apakah otak tengah berfungsi dengan baik? Atau ketika kita mengerjakan soal matematika yang sangat sulit, apa dengan mata tertutup saja kita dapat dengan mudah mengerjakan soal logika matematika?. Atau apakah otak tengah dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan rasa kreativitas seseorang hanya dengan mengandalkan mata tertutup.  Bagaimana kreativitas terbangun hanya dengan menutupkan mata lalu otak kita mulai terpacu kreativitasnya? Rasanya ini menjadi sulit diterjemahkan secara nalar. Sadarkah diantara kita bahwa efek “wow” adalah begitu menganggumkannya ketika semua dapat dilakukan dengan mata tertutup tetapi mengesampingkan segala akibat bahwa kita akan terlena dengan manfaat dari otak tengah sehingga otak kiri dan kanan tidak lagi di gunakan kembali.
Begitu menakjubkannya sehingga banyak orang tua yang lebih memihak kepada otak tengah dan menginvestasikan puluhan juta anaknya untuk dapat mempelajari kegunaan dari otak tengah. Apakah dengan menginvestasikan puluhan juta dapat memintarkan anak atau anda hanya terkena efek “wow” bukankah lebih baik ketika kita dapat menggunakan otak kanan dan kiri secara bersamaan? Bukankah lebih baik ketika seorang anak pintar dalam hal kreativitas atau logika dibandingkan pintar “menutup mata” lalu apakah orang tua menyadari semakin dia dapat menutup mata berarti ada nilai yang akan berkurang yaitu kemampuan bersosialisasi. Sadarkah bahwa suatu saat ketika telah memiliki kemampuan untuk melakukan apapun dengan mata tertutup dan tanpa disadari anak tersebut tidak lagi membutuhkan kemampuan untuk bersosialiasi.
Bukankah lebih baik ketika kita dapat menyeimbangkan kemampuan akademis dan kemampuan sosial? Dibandingkan hanya dengan memiliki kemampuan “Menutup Mata” lalu apa manfaat selanjutnya yang dapat di petik hanya dengan “menutup mata”? Hanya Andalah yang dapat menjawab pertanyaan itu.