Cari Blog Ini

Selamat datang di Inspirasiku

Realisasi Mimpi = Doa +Optimis + Positif Thingking+ Usaha + Mental Baja :)

Jumat, 21 Januari 2011

Rubahlah zona tidak nyaman menjadi bakat anda!



Pernahkah terpikirkan bahwa anda tidak dapat melakukan sesuatu kegiatan yang anda inginkan? ketika anda tidak dapat melakukanya jawaban pertama yang ada di benak anda adalah "emang bukan bakat saya kok".
 

Tahukah anda saat ini ketika jawaban itu timbul dari benak anda sekarang saat ini anda berada di zona tidak nyaman untuk melakukan hal itu. Tetapi ketika zona ketidaknyaman itu mampu anda luluhkan tanpa  anda sadari bahwa kini bakat itu sudah menjadi diri anda sendiri. 

Mungkin sekarang ini perasaan ketidaknyamanan untuk melakukan hal yang anda tidak sukai menghantui pikiran anda dan menghambat anda untuk melakukan hal yang lebih baik lagi tapi ketahuilah jika anda melakukan lebih terhadap pekerjaan yang anda tidak sukai menjadikan suatu pelajaran bahwa suatu saat anda dapat melakukan hal ini dengan sangat mudah dan tidak lagi mengalami kesulitan yang berarti.

Jika zona tersebut masih merupakan hal yang anda tidak sukai, mulai dari sekarang hapuslah batas dari zona ketidaknyaman menjadi suatu hal yang menarik. Pikirkan hal-hal yang mulai menarik yang bisa anda lakukan dari kegiatan tersebut. Saya yakini bahwa dibalik ketidaksukaan anda pasti terdapat sekecil apapun hal yang menarik itu hanya saja anda tidak menyadari bahwa anda sudah mulai menyukai pekerjaan tersebut. Terlalu tebal batas yang terlintas zona ketidaknyamanan membuat anda takut untuk menyadari bahwa sekarang anda sudah mulai menyukai pekerjaan/kegiatan tersebut.  Pejamkan mata anda bayangkanlah bahwa batasan itu kini sudah tidak ada lagi lalu buatlah sebebas mungkin pikiran anda, agar anda dapat melakukan hal tersebut dengan hati.

Mulai sekarang dan selanjutnya ucapkanlah melalui hati bahwa Zona pembatas itu sudah tidak ada lagi dan saya mampu untuk merubah kegiatan yang saya tidak sukai menjadi bakat yang selama ini terpendam. Dengan begitu anda akan menunjukkan kepada semua orang  dan mengatakan "Akhirnya ini memang bakat saya"

AIr mampu merubuhkan batu karang itu......




Pelajaran yang menarik adalah dari pengalaman hidup kita. Seseorang dapat mudah belajar kesalahan maupun hal yang baik dari kejadian yang telah dialaminya. Bahkan seseorang yang sekeras batu pun akan menjadi air ketika dia telah mengalami peristiwa yang telah merubah hidupnya.

Satu hal yang sangat menarik ketika saya belajar untuk mempelajari setiap karakter yang memiliki keunikan masing-masing. Tidak bisa dengan sebuah teori bahwa kita mampu meluluhkan kehidupan dengan hanya satu jentikan jari saja. Butuh jam terbang yang tinggi terhadap kehidupan untuk penanganan masalah apalagi ketika masalah tersebut sudah melibatkan orang banyak.

Saya menjadi paham benar bahwa belum tentu orang yang kelihatan baik juga pintar apalagi awalnya saya kagumi memiliki cara penanganan masalah yang baik ketika berselisih dengan saya. Ketika berhubungan dengan seseorang yang jauh lebih tua, belum tentu memiliki pemikiran yang sudah seusianya.

Berselisih dengan seseorang dalam waktu yang lama memang sangat menyita pikiran seseorang karena mau tidak mau akan berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan. Tetapi dengan berselisih dengan orang tersebut mau tidak mau ataupun suka tidak suka kita harus belajar bagaimanana menangani perselisihan tersebut dengan cara yang bijaksana bukan dengan suatu rasa sakit hati diakibatkan dengan perselisihan tersebut.

Pengalaman yang didapat dari perasaan sakit hati tersebut berakibat akan menimbulkan sebuah luka baru dalam sebuah kehidupan dan cepat atau lambat jika luka tersebut di benahi akan berpengaruh terhadap kehidupan kita selanjutnya. Tidak ada cara bagaimana harus memulai lebih dulu, tetapi bertindak sesuatu dengan bijaksana tanpa harus menunggu untuk memulai pembicaraan menjadi langkah terbaik untuk merobohkan batu karang sekalipun.

Bagaimanapun sebuah batu karang jika terkena air pun sekali pun seiring waktu yang berjalan tak lagi sekokoh dahulu...... dan sini kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berarti mempelajari keunikan karakter seseorang menjadi modal yang penting untuk membawa langkah kita dalam kehidupan selanjutnya.....

Katakan "yes" untuk ciptakan peluang, Dan berteriaklah "No" untuk cari peluang



Sejenak berpikir untuk memikirkan hal apa yang harus saya lakukan untuk memperbaiki hidup saya. Perubahan yang di lakukan berulang kali membawakan saya untuk berpikir kembali kenapa kesuksesan belum saya dapatkan? Melamun untuk memikirkan langkah apa yang selanjutnya harus saya lakukan.

Apalagi harus saya cari, sepertinya semua peluang yang di depan mata saya sudah saya lakukan tetapi hasilnya tidak seperti apa yang saya khayalkan. Terlalu lama berkhayal membuat saya jenuh, dan berpikir bahwa khayalan dapat merusak hidup saya. Saya berada di dalam dunia realitas yang sama sekali berbanding terbalik dengan apa yang saya khayalkan.

Saya baru tersadar bahwa apa yang saya kerjakan selama ini merupakan proses yang belum benar tatkala saya melihat daun yang bisa di gunakan bisa menjadi barang-barang yang kreatif seperti tas, dompet. Sesuatu yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya dan tidak terpikirkan oleh saya mengenai hal ini. Kejadian tersebut membuat saya tersadarkan bahwa apa yang saya lakukan hanya menghabiskan waktu dalam menuju tangga kesuksesan.

Waktu yang saya habiskan selama ini menjadi sia-sia karena saya hanya mencari-cari apa yang membuat hidup ini menjadi lebih baik sehingga saya dapat melakukan perubahan...

Yah, akhirnya jawaban yang selama ini saya cari telah saya temukan bahwa daripada menunggu untuk mencari peluang mulai sekarang bertindak untuk menciptakan peluang.
Dan keyakinan itu yang akan saya bawa untuk menuju tangga kesuksesan........ dan mulai katakan yes saya mampu ciptakan peluang dan berteriaklah no tidak lagi untuk saya mencari peluang

3.....

Seusai sarapan pagi bersama ibu penolong yang akhirnya ku tahu kalo namanya adalah Ana.

Dalam waktu beberapa jam kami menjadi sangat akrab. Ternyata beliau memiliki putra yang baru saja meninggal karena kejadian banjir bandang tersebut. Putra beliau bernama Irvan. Ibu menceritakan betapa sedih hatinya ketika mengetahui putra semata wayangnya itu ternyata juga menjadi korban keganasan dari air bah tersebut. Selama bercerita aku hanya menjadi pendengar yang baik yang bersedia mendengar keluh kesahnya seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya itu. Irvan turut serta menjadi korban bencana tersebut karena pada saat itu irvan menginap di salah satu temanya di wilayah itu karena mengerjakan tugas kuliah. Aku selalu memperhatikan setiap kata yang keluar dari seorang ibu yang merindukan sosok anaknya. Tak jarang ibu ana menitikkan air mata di kala mengingat kembali kejadian itu.

Aku pun bisa merasakan apa yang ibu ana rasakan, karena aku juga tidak tahu dimana keberadaan orang tuaku. Aku pun mulai berani menceritakan kejadian banjir banda tersebut. Padahal sesungguhnya kejadian itu ingin sekali aku lupakan... tapi takdir membawa ku untuk memiliki pengalaman yang sama dengan ibu ana.

Ibu sempat menawarkanku untuk tinggal dalam waktu beberapa hari ke rumahnya untuk menemani nya dalam rasa kesepian.

Sejujurnya aku merasa senang untuk menemaninya karena aku sendiri pun sebenarnya tidak tahu kemana langkah kaki ini akan melangkah.... aku sendiri merasa bingung dan tak pernah mengetahui apa rencana yang ku impikan untuk hidupku selanjutnya.
Bahkan sejujurnya aku tidak berani untuk bermimpi. Aku tidak berani untuk memulai mimpi yang indah karena ini bisa membuatku terjatuh kembali......

Sejenak lamunanku tergugah oleh suaranya yang meminta jawabanku kembali untuk mengatakan "iya". "Bagaimana ri?, kamu juga belum tahu bukan kemana kamu akan pergi. entah angin apa yang membawaku untuk mengatakan "iya". Terpancar dari raut muka ibu ana yang menunjukkan betapa leganya dia ketika mengetahui bahwa aku menyanggupi keinginannya.

Oh Tuhan bawalah ke arah mimpi ku yang lebih baik... ucapku dalam hati..

-----

Matahari perlahan-lahan mulai menghilang dan bulan kini menggantikan tugas nya untuk menyinari kehidupan. Suara pintu di ketuk dari arah depan terdengar sayup-sayup karena berlomba dengan suara hujan rintik-rintik yang terjatuh di atas atap rumah.

Aku beranjak dari kamar untuk membukakan pintu depan. "assalamuikum". "Walaikum sallam jawabku. Seorang pria yang tidak di kenal mendekatiku. Sejujurnya aku tidak tahu siapa pria ini. APakah aku salah membukakan pintu kepada orang asing, dalam lamunanku suara ibu ana terdengar dari belakan. "Oh ayah rupanya sudah pulang." Bapak itu tersenyum kepadaku. "Nak, kamu sudah sehat?". aku kembali membalas senyumnya dan menganggukkan kepala.

"ayah lebih baik mandi dulu dan bergegas untuk makan malam" sesungguh nya aku merasa asing di tengah keluarga seperti ini.

Percakapan mengenai kami di lanjutkan di meja makan. Dengan keputusan yang di buat keluarga ini menganggapku sebagai anak. Segala keperluan sekolah atau kebutuhan hidupku sudah menjadi tanggungan dari keluarga.

Aku menghembuskan nafas lega, ketika mendengar hal ini........

----------------

Selasa, 18 Januari 2011

2....

Langkah yang semakin berat ini ku pijakkan perlahan demi perlahan, kemana angin akan membawaku melangkah disitu aku yakin bahwa Tuhan masih menginginkan aku untuk menyinari bumi ini.

Ku bawa keraguan akan hidupku selanjutnya kuselipkan di sela-sela pelesir dasar hati ini. Anganku melayang menuju arah mentari yang ternyata telah muncul perlahan menyapa ku dengan cara tak biasa.....

Langkah nekad yang ku dapat, aku hanya berusaha untuk menyusuri jalan sebisaku. Sesungguhnya tidak ada bekal yang ku bawa. Nasi atau yang dapat mengganjal perutku baru saja ku habiskan beberapa jam yang lalu. Satu rupiah ku tidak tersinggahi di tubuh ini....

Semakin berat kaki ku melangkah dan kemudian aku terjatuh lebih dalam ke alam mimpi ku yang membawa hidup ini selanjutnya..... tidak ku rasakan apa-apapun juga hanya perasaan ringan. Baru kali ini aku merasakan hal seperti. Ringan seperti kapas yang sekali hembusan dapat terjatuh.Apakah angin membawaku ke nirwana........ apakah tubuh ku akan di bawa ke langit ketujuh?

perlahan-lahan suara terdengar semakin dekat di telingaku. "nak".... tetapi aku anganku masih terbawa jauh dan jauh.... Tubuhku terasa seperti terdapat goncangan hebat yang entah mendarat ke arah yang tak menentu.....

Mata yang terpejam sekian lama memaksakan mata kembali untuk melihat dunia ini.... aku tersadar dari mimpiku sekian lama. Entah berapa lama pasir waktu telah lelah untuk bekerja.

"Nak, akhirnya kamu sadar juga" seorang ibu yang menyentuh pipiku. Tangan yang semakin lembut yang bisa ku rasakan setiap jemarinya menyentuh wajahku. AKu hanya terdiam membisu memperhatikan seluruh ruangan yang terasa asing bagiku. Ruangan yang sederhana tersusun rapi dari sudut mata ini memandang.

"ibu menemukan kamu kemarin sore, tadinya mau saya bawa kamu kerumah sakit. Tapi suami saya mengatakan tunggu sampai pagi ini. Ternyata kamu sudah sadar"

Sempat terdiam sebentar dan akhirnya mulutku tak sabar untuk mengatakan sesuatu. "Maaf, sekarang hari dan tanggal berapa" Ibu itu tersenyum kepadaku lalu kembali mengatakan "Jumat 14 Januari 2005" Berarti aku tidak sadar selama 3 hari....

Aku sempat tersadar.....bahwa pada saat itu aku terjatuh ke tepi jurang dan sempat terseret arus sungai..............

Dan akhirnya aku terdampar di tempat yang sebelumnya belum pernah aku kunjungi.

Ketika ku terdiam membisu, dengan suara yang lembut ibu menganggetkan aku. "Nama nya siapa nak?" "Oh saya Riana" Ibu kembali tersenyum memandangiku.

Kemudian menepuk bahuku "Ayo kita makan dulu" aku tersenyum membalas ajakan ibu itu. AKu sudah tidak ingat sudah berapa lama perutku tidak terisi. Badan ku memang masih lemas sekali. Aku merasa kesulitan untuk berjalan. "Riana, setelah kita sarapa ada baiknya kalo saya antar kamu ke dokter. Kamu belum sehat betul." Meskipun langkah kakiku masih terpincang-pincang tapi aku yakin kalo aku sanggup tanpa harus ke dokter. "Tidak perlu bu, terimakasih" jawabku.

kami pun menuju meja makan yang telah terisi dengan makanan yang sudah lama tidak ku makan. Yah di meja tersebut terdapat makanan favoritku ayam goreng.
hmmm Keluarga ini memang sangat kecukupan gumam ku dalam hati. Ini terlihat dari beberapa koleksi krital yang terpampang rapi di lemari ukir tersebut. Ibu sempat menangkap arah mataku kepada kristal-kristal itu. Kemudian tersenyum memandangiku.

"Bapak, sudah pergi ke kantor." Ibu kembali memulai pembicaraan di tengah santap pagi yang mengenyangkan ini. Kami menemukan mu sewaktu bapak dalam perjalanan menuju lokasi bencana. Kamu terseret arus sungai ketika saya hendak membasuh muka. Tadinya kami ingin membawa mu ke rumah sakit" sebelum melanjutkan kata-katanya kembali ibu mengambilkan ayam goreng sambil tersenyum. Aku hanya menganggukkan kepalaku mendengar cerita dari ibu "Tapi kami mengambil keputusan untuk merawatmu di rumah, jika memang keadaaan tidak membaik baru kami akan membawamu kerumah sakit. Karena kami sendiri pada saat itu tidak tahu siapa namamu."

Aku tidak banyak mengatakan apapun juga hanya satu kata teringat di dalam pikiranku "Terimakasih Ibu"

........................................................................

1....

Puing-puing bekas bencana itu masih ada. Hanya diam membisu entah memandangi seluruh bangunan yang sudah rata dengan tanah. Kalau saja ku ingat kejadian banjir bandang yang telah memporak-porandakan hampir seluruh rumah di satu kecamatan ini rasanya air mata ini tidak bisa ku hentikan. Aku pun hampir tidak ingat di mana letak rumahku saat ini.

Angin berhembus sangat kencang sekali, hingga menusuk semua nadi yang berdenyut menyelusuri nafasku. Sesuatu yang menyentuh punggung tanganku, angin yang membawakan ini untukku. Ku ambil secarik kertas itu yang hampir melayang kembali karena angin. Ah...... air mata ku kembali berurai ketika terlihat foto ayah, ibu dan adikku yang masih utuh. Sudah 1 minggu setelah bencana itu aku sudah tidak pernah tahu keberadaan mereka.

Setiap hari aku ke lokasi ini untuk mengetahui jejak yang terpisah barangkali ada setiap tumpukan mayat yang baru saja di temukan terdapat salah satu keluargaku. Tetapi hingga sudah 7 hari sejak kejadian tidak di temukan keberadaan mereka. Menjadi tanda tanya dalam untuk kehidupan ku selanjutnya apakah keluargaku sebenarnya masih ada?

Air mata kembali perlahan membasahi wajahku yang setiap kali aku hapus kembali.

Bahkan langkah kaki ini sangat berat untuk ku pijakkan di atas bumi yang sudah tidak ingin ku kenal lagi. Aku tidak tahu kemana angin akan membawaku hidupku selanjutnya.

Ah biarkan angin yang meruntuhkan langkah kaki ini..... Ku pandangi langit yang hampir pekat menghitam... sebentar lagi hujan akan datang. Bisiku dalam hati. Aku harus kembali ke tempat sementara ku.

Penampungan yang di tempati ratusan pengungsi ini benar-benar membuatku jengah dan ingin melepaskan semua tali ini. Aku hampir tidak mengenal sesama orang di pengungsi ini. Semua serba terbatas disini. Ketika ku bayangkan kembali bagaimana kehidupan kami dahulu yang serba kecukupan sekarang ku harus terbiasa di hadapkan dengan hal yang asing bagiku.

Bahkan untuk tidur pun aku sangat tidak nyaman, hanya beralas terpal yang sangat dinginya menusuk kulitku dan selalu saja ada bagian tubuh ini tertekan atau tersenggol dengan bagian tubuh orang yang setiap malam berganti-ganti. Dan setiap malam aku hampir tidak dapat untuk memejamkan mata yang bagiku begitu lelah untuk melihat dunia ini.

saat ini usiaku baru saja 11 tahun seharusnya bulan depan aku harus masuk babak kehidupan baruku dimana meninggalkan bangku sekolah dasar dan seharusnya aku mesti melanjutkan ke satu tahap yang lebih tinggi lagi....

Saat ini dan malam ini aku harus putuskan untuk merengkuh mimpiku... atau tidak sama sekali.... aku ingin keluar dari tempat yang membuat ku tidak nyaman ini..... aku ingin membuat hidupku lebih baik lagi... aku ingin merubah ini semua........

Ku ingin menjadi kan nyata untuk setiap langkah ini..... memilih untuk meninggalkan tempat ini adalah langkah pertamaku......