Cari Blog Ini

Selamat datang di Inspirasiku

Realisasi Mimpi = Doa +Optimis + Positif Thingking+ Usaha + Mental Baja :)

Selasa, 31 Mei 2011

Lupakanlah dengan bijaksana




Sekarang ini kita sudah telah berhasil mencari solusi dalam masalah tersebut, lalu sejenak masih adakah waktu untuk memikirkan masalah tersebut kembali? Satu hal yang harus diketahui bahwa jangan pernah menyimpan lidi yang sudah kita patahkan. Iya, memang benar kita sudah berhasil untuk mematahkan lidi-lidi masalah tersebut, tetapi kita tidak perlu menyimpan lidi tersebut. Buanglah patahan lidi tersebut kedalam tempat-tempat memang sudah ditentukan. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya ketika kita memiliki keputusan untuk menyimpannya, ini sama saja dengan memancing memori dalam pikiran ini untuk mengingat apa saja yang telah terjadi dalam kehidupan ini.
Memori tersebut sewaktu-waktu akan memunculkan kembali setiap kejadian dengan sangat detil. Kejadian masa lalu tersebut akan memberikan pengaruh dalam kehidupan yang dijalani sekarang ini. Kejadian yang pernah membuat diri ini semakin terpuruk. Kejadian-kejadian tersebut memberikan bekas luka tersendiri dalam kehidupan ini, luka tersebut biasa disebut dengan trauma. Sesungguhnya ketika kita tidak berhasil meninggalkan semua rasa trauma yang pernah dilakukan karena pada saat ini kita menyimpan sendiri lidi tersebut.
Masalah ini disimpan terlalu lama sehingga membekas dan membuat area baru dalam pikiran ini begitulah cara trauma itu bekerja.  Sehingga tanpa disadari kita tidak memiliki keberanian kembali dalam mematahkan lidi-lidi berikutnya karena kini trauma tersebut telah menjalar dan memberikan sinyal ketakutan dan kebimbangan dalam menghadapi kehidupan selanjutnya. Untuk itu membuang lidi tersebut cara terbaik untuk mengatasi trauma masa lalu akibat kejadian-kejadian buruk yang menimpa kita. Dulu kita telah berhasil mematahkan lidi tersebut yang berarti pada saat itu kita membentuk sebuah komitmen baru.  Komitmen baru tersebut merupakan Komitmen untuk memulai di kehidupan yang baru dengan meninggalkan semua bekas luka yang pernah dialami.  
Untuk itu berikan tempat khusus dalam pikiran kita hanya untuk memikirkan lidi-lidi yang baru bukan lidi-lidi yang telah berhasil di patahkan Seperti hal sebelumnya bahwa fokuslah kepada lidi yang sekarang ini jangan biarkan kita memikirkan masalah-masalah yang pernah terjadi dan telah terselesaikan. Tentu kita tidak pernah ingin membawa segala hal masa lalu yang pernah terjadi didalam kehidupan yang sekarang ini.
Kita pernah belajar untuk menyelesaikan masalah dalam masa lalu tersebut. Tetapi permasalahan yang harus diingat saat ini adalah cara penyelesaian masalah yang pernah dilakukan, jadi dalam hal ini kita tidak perlu mengingat isi permasalahan tersebut. Cukup ingatlah strategi dan cara bagaimana kita mematahkan sebuah lidi tersebut. Strategi disaat kita mengalami sebuah kesulitan apa yang dilakukan pada saat itu? Tetapi lupakan segala hal yang pernah membuat kita menangis, terluka, terpuruk, dan mengalami segala hal-hal yang buruk sehingga menimbulkan trauma.
Lupakanlah karena mereka semua akan menjadi sampah-sampah yang nantinya membuat permasalahan yang baru. Karena sesungguhnya hari kemarin sudah berakhir semalam. Karena hari ini adalah kesempatan kita untuk berpikir lebih baik lagi. Berpikir sekarang bagaimana menjalani permasalahan yang ada didepan mata kita.
Gunakan cara bijakasana dalam menyeleksi masalah mana yang harus diselesaikan dengan strategi yang pernah kita lakukan. Cara bijaksana yang dimaksud disini adalah kita telah berhasil melupakan segala isi dan kenangan yang tidak baik terhadap masalah tersebut tetapi tidak pernak melupakan strategi apa saja yang pernah kita lakukan dalam penyelesaian persoalan ini.
Dengan kita telah melupakan dengan bijaksana maka kehidupan baru segera dimulai dengan tatanan kehidupan yang lebih baik lagi. Kini saatnya adalah detik-detik untuk memulai sebuah tatanan kehidupan baru tersebut. Kini lidi yang telah berhasil dipatahkan sudah tidak pernah lagi ditemukan dimanapun dan kapanpun lagi.  Karena kita telah berhasil memusnahkan semua lidi yang telah berhasil dipatahkan dari bank memori pikiran ini.
Sudah saatnya kita berdiri dan mengatakan bahwa sesungguhnya saat ini sudah siap dan berani untuk menghadapi tantangan berikutnya.


Mana yang menjadi Prioritas?






Suatu kenyataan menyatakan ternyata pada saat itu kita tak bisa mematahkan semua lidi secara bersamaan. Dan saat ini skala prioritas menentukan mana yang terlebih dahulu harus dipatahkan. Setiap masalah memiliki tingkat kesulitan penyelesaian masing-masing. Sehingga terkadang kita kesulitan untuk menentukan manakah yang harus diselesaikan terlebih dahulu yang mudah terlebih dahulu atau yang memiliki dampak terhadap kehidupan?
Hal tersebut merupakan pilihan terhadap segala tindakan yang ingin dilakukan. Buatlah sebuah skema skala prioritas dengan menyertakan resiko yang nanti dihadapi dan cantumkanlah waktu kapan masalah tersebut akan segera diselesaikan.
Jangan membiarkan masalah tersebut akan meluas dan mempengaruhi besarnya kesalahan yang kita lakukan. Pikirkan baik-baik apa saja yang ingin kita lakukan untuk memenuhi standart  waktu yang telah ditetapkan. 
Segala hal yang kita lakukan tentu memiliki konsekuensi dari segala hal tindakan  untuk itu perlunya untuk memikirkan hal terburuk dari konsekuensi tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan selanjutnya yang akan berpengaruh terhadap tindakan selanjutnya.
Ketika kita telah memilih untuk menyelesaikan yang pertama buatlah komitmen dengan memberi hukuman jika sewaktu-waktu ternyata kita tak mampu menyelesaikanya. Biarkan hukuman tersebut nantinya dapat mencambuki diri ini untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian ketika sudah memikirkan hal yang pertama tentukan skala prioritas untuk menyelesaikan yang kedua. Sama dengan yang pertama kita lakukan hanya saja coba untuk mencantumkan waktu yang semakin singkat dan hukuman yang semakin berat jika tak sanggup untuk menyelesaikannya. Begitu seterusnya sehingga saat itu kita telah berhasil membuat daftar prioriotas tersebut.
Kebanyakan dari setiap orang membuat skala prioritas bukanlah pekerjaan yang mudah karena sebenarnya mereka sendiri tidak mengerti mana yang harus diprioritaskan. Mereka tidak bisa membuat pilihan untuk penyelesaian pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
Cobalah untuk memikirkan kembali mengapa kita membuat skala prioritas adalah memudahkan kita untuk mematahkan setiap masalah yang ada. Arahkan pikiran ini kepada hal yang mudah untuk dilakukan terlebih dahulu, jika saat ini kita sanggup menyelesaikan hal itu terlebih dahulu lalu mengapa kita menundanya? Jadikan hal yang mudah diselesaikan menjadi yang pertama.
Hal ini dilakukan dengan catatan bahwa tidak akan terdapat dampak kesalahan yang terjadi jika menjadikan masalah itu yang pertama untuk diselesaikan. 
Ketika kita telah sanggup untuk menyelesaikan skala prioritas yang kita buat sendiri kemudian bentuklah sebuah komitmen terhadap langkah selanjutnya yang akan dihadapi. Proses seperti ini merupakan pelajaran yang terbaik dalam penanganan masalah secara bersamaan. Sehingga ketika kita dihadapi masalah-masalah yang datang secara bersamaan kembali, kini kita telah memiliki pengalaman dalam menentukan skala prioritas bahwa kita telah sanggup menyelesaikan komitmen terhadap prioritas masalah tersebut.
Dan satu pelajaran saat ini adalah ketika lidi-lidi itu terlanjur membentuk satu kesatuan tanpa  kita  sadari diri ini telah menjadi orang yang ahli dalam menentukan masalah yang mana harus diselesaikan terlebih dahulu.
Satu catatan dalam penentuan skala prioritas adalah pembuatan skala prioritas perlu dilakukan mana kala kita sudah tidak sanggup untuk mematahkan sekian banyak lidi tersebut. Tetapi jika kita masih sanggup untuk mematahkannya janganlah untuk berpikir skala prioritas terlebih dahulu.
Tanamkanlah semangat yang tinggi untuk mematahkan lidi-lidi tersebut.

Mana yang menjadi Prioritas?





Suatu kenyataan menyatakan ternyata pada saat itu kita tak bisa mematahkan semua lidi secara bersamaan. Dan saat ini skala prioritas menentukan mana yang terlebih dahulu harus dipatahkan. Setiap masalah memiliki tingkat kesulitan penyelesaian masing-masing. Sehingga terkadang kita kesulitan untuk menentukan manakah yang harus diselesaikan terlebih dahulu yang mudah terlebih dahulu atau yang memiliki dampak terhadap kehidupan?
Hal tersebut merupakan pilihan terhadap segala tindakan yang ingin dilakukan. Buatlah sebuah skema skala prioritas dengan menyertakan resiko yang nanti dihadapi dan cantumkanlah waktu kapan masalah tersebut akan segera diselesaikan.
Jangan membiarkan masalah tersebut akan meluas dan mempengaruhi besarnya kesalahan yang kita lakukan. Pikirkan baik-baik apa saja yang ingin kita lakukan untuk memenuhi standart  waktu yang telah ditetapkan. 
Segala hal yang kita lakukan tentu memiliki konsekuensi dari segala hal tindakan  untuk itu perlunya untuk memikirkan hal terburuk dari konsekuensi tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan selanjutnya yang akan berpengaruh terhadap tindakan selanjutnya.
Ketika kita telah memilih untuk menyelesaikan yang pertama buatlah komitmen dengan memberi hukuman jika sewaktu-waktu ternyata kita tak mampu menyelesaikanya. Biarkan hukuman tersebut nantinya dapat mencambuki diri ini untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian ketika sudah memikirkan hal yang pertama tentukan skala prioritas untuk menyelesaikan yang kedua. Sama dengan yang pertama kita lakukan hanya saja coba untuk mencantumkan waktu yang semakin singkat dan hukuman yang semakin berat jika tak sanggup untuk menyelesaikannya. Begitu seterusnya sehingga saat itu kita telah berhasil membuat daftar prioriotas tersebut.
Kebanyakan dari setiap orang membuat skala prioritas bukanlah pekerjaan yang mudah karena sebenarnya mereka sendiri tidak mengerti mana yang harus diprioritaskan. Mereka tidak bisa membuat pilihan untuk penyelesaian pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
Cobalah untuk memikirkan kembali mengapa kita membuat skala prioritas adalah memudahkan kita untuk mematahkan setiap masalah yang ada. Arahkan pikiran ini kepada hal yang mudah untuk dilakukan terlebih dahulu, jika saat ini kita sanggup menyelesaikan hal itu terlebih dahulu lalu mengapa kita menundanya? Jadikan hal yang mudah diselesaikan menjadi yang pertama.
Hal ini dilakukan dengan catatan bahwa tidak akan terdapat dampak kesalahan yang terjadi jika menjadikan masalah itu yang pertama untuk diselesaikan. 
Ketika kita telah sanggup untuk menyelesaikan skala prioritas yang kita buat sendiri kemudian bentuklah sebuah komitmen terhadap langkah selanjutnya yang akan dihadapi. Proses seperti ini merupakan pelajaran yang terbaik dalam penanganan masalah secara bersamaan. Sehingga ketika kita dihadapi masalah-masalah yang datang secara bersamaan kembali, kini kita telah memiliki pengalaman dalam menentukan skala prioritas bahwa kita telah sanggup menyelesaikan komitmen terhadap prioritas masalah tersebut.
Dan satu pelajaran saat ini adalah ketika lidi-lidi itu terlanjur membentuk satu kesatuan tanpa  kita  sadari diri ini telah menjadi orang yang ahli dalam menentukan masalah yang mana harus diselesaikan terlebih dahulu.
Satu catatan dalam penentuan skala prioritas adalah pembuatan skala prioritas perlu dilakukan mana kala kita sudah tidak sanggup untuk mematahkan sekian banyak lidi tersebut. Tetapi jika kita masih sanggup untuk mematahkannya janganlah untuk berpikir skala prioritas terlebih dahulu.
Tanamkanlah semangat yang tinggi untuk mematahkan lidi-lidi tersebut.

Jumat, 27 Mei 2011

Fokus itu penting






Lidi itu menjadi sulit untuk dipatahkan jika saat ini kita sendiri tidak pernah berusaha untuk dapat fokus terhadap lidi itu.  Apa yang terjadi dalam pikiran ini akan berpengaruh terhadap hasil dari tindakan yang dilakukan. Jika saat itu kita sendiri tak akan pernah fokus terhadap tujuan kehidupan yang diinginkan maka tingkat keberhasilan dalam kehidupan kembali kepada titik nol. Titik dimana kita berusaha untuk membangun kepercayaan diri untuk memulai kembali.
Masalah-masalah dalam kehidupan datang begitu saja, sehingga saat itu kita tidak pernah bisa mengendalikan lidi yang mana akan dipatahkan terlebih dahulu justru pikiran ini yang telah disibukkan dengan ketakutan apa yang kita hadapi selanjutnya tanpa berusaha untuk memikirkan jalan keluar dari setiap masalah tersebut. Pikiran ini terbiasa dengan memikirkan beban berat dari setiap masalah yang ada tanpa menyisakan selintas pikiran untuk berusaha mencari jalan keluarnya dengan mematahkan lidi-lidi itu.
 Banyak sekali penyebab ketakutan terhadap masalah-masalah tersebut, ada yang menyatakan bahwa “Saya takut kegagalan” bagaimana kita tahu kalo itu namanya sebuah kegagalan kalo kita tidak pernah mencicipi rasanya keberhasilan. Filosofinya dirasa sangat tepat untuk menggambarkan saat-saat yang tepat untuk dapat keluar dari setiap masalah. 
Terkadang satu permasalahan yang ada adalah justru hati ini merasakan bagaimana terbelenggu dari masalah-masalah yang ada sehingga mengabaikan segala bentuk pemecahan masalah.
Seringnya seseorang meratapi masalah-masalah dalam kehidupan merupakan bentuk dari ketidakfokusan orang tersebut dalam memperoleh tujuan hidup. Kebanyakan dari mereka menyerah sehingga menumpukkan lidi-lidi masalah dalam suatu kesatuan. Hingga akhirnya mereka menyadari hal-hal seperti apa yang harus dilakukan agar bisa mematahkan kesatuan lidi tersebut.
Kalo saja kita fokus terhadap kendali masalah tersebut tidak akan pernah mungkin lidi-lidi itu membentuk satu kesatuan. Tidaklah mudah mematahkan sekumpulan lidi yang membentuk sebuah kesatuan tetapi tetap saja itu harus dipatahkan. Apakah berguna mengumpulkan lidi-lidi berikutnya?
Fokus menjadi alat yang penting untuk menilai seberapa mampunya kita mematahkan sekian banyak lidi secara bersamaan.
Untuk itu arahkan seluruh pikiran, tenaga bahkan segala hal yang menggerakkan sel-sel terkecil dalam tubuh ini agar dapat fokus terhadap masalah yang sudah terlanjur membentuk satu kesatuan yang utuh. Kemudian pergunakan waktu yang tepat untuk mematahkan lidi-lidi tersebut. Karena tidak selamanya waktu menjadi baik untuk diri ini, adakalanya kita tidak pernah mudah untuk fokus karena waktu yang dipergunakan kurang bisa di toleransi. Waktu tersebut justru memikirkan penyebab terjadinya masalah.
 Peranan waktu yang efisien menjadi begitu penting untuk memperoleh seberapa fokus kita dalam menangani sebuah masalah. Kita tidak memerlukan waktu yang lama hanya untuk memikirkan masalah yang sebenarnya menyita pikiran ini.
Seharusnya kita membentuk sebuah kemauan yang kuat untuk menyelesaikan masalah yang datang secara bersamaan tersebut. Kemauan yang kuat untuk mengaliri tubuh ini agar tetap fokus terhadap setiap permasalah yang ada.
Jangan biarkan kita terlena terhadap sekumpulan masalah dengan menyia-nyiakan waktu kita dalam penanganan masalah. Tetapi gunakan waktu sebaik mungkin untuk menfokuskan pikiran ini dan mencurahkan segala pikiran dengan mengerahkan segala kemampuan untuk mematahkan sekumpulan lidi tersebut secara bersamaan.  Pasti hal ini bisa kita lakukan karena kita telah mengarahkan seluruh kemampuan dan pikiran ini kedalam satu titik keberhasilan. Sehingga kita dengan mudah untuk mematahkan masalah-masalah tersebut.
Kerahkan segala yang terbaik yang ada didalam diri ini baik pikiran maupun kemampuan dengan tetap fokus kepada satu tujuan hidup yang diinginkan.



Kamis, 26 Mei 2011

Be Possitive





Untuk menyelesaikan sebuah masalah dalam kehidupan perlu ditanamkan segala bentuk yang positif baik itu pikiran, tindakan maupun kepribadian. Menjadi seseorang yang memiliki segala hal yang positif memang dirasa tak mudah karena diri ini bukanlah suatu manusia yang sempurna.
Pasti disetiap sisi terdapat kesalahan-kesalahan dalam menjalani kehidupan. Tetapi bagaimana cara memperbaiki segala hal yang dinilai negative menjadi positif tak semudah membalikkan telapak tangan. Pikiran bisa positif tetapi belum tentu menghasilkan tindakan yang positif. 
Nilai-nilai positif didalam diri ini menjadi begitu penting karena dengan nilai positif banyak keuntungan yang didapat dalam menjalani kehidupan. Untuk menemukan setiap jalan keluar dari masalah yang mengikat tali-tali kehidupan itu adalah menjadi seseorang yang memiliki nilai positif didalam diri ini.
Jika seseorang memiliki nilai positif didalam dirinya maka dapat dengan mudah menemukan setiap jalan keluar terhadap masalah yang ada. Karena dengan nilai positif didalam diri ini maka dengan mudah kita bisa mematahkan setiap lidi yang akan masuk ke dalam tubuh ini.
Tidak hanya itu saja bila lidi tersebut ternyata terlanjur membuat luka pada anggota tubuh ini, jika kita memiliki nilai positif maka dengan mudah nilai-nilai itu akan menghapusnya tanpa terkecuali bekas luka tersebut. Kita tak pernah mengingat kembali dengan mengatakan “Mengapa saya terluka?” tetapi justru karena nilai positif  tersebut maka kita dapat mengatakan kembali kepada diri ini bahwa “Terimakasih karena luka ini, saya menjadi pembelajar yang baik dalam proses kehidupan” nilai-nilai positif secara langsung mempengaruhi kehidupan ini selanjutnya.
Kalo saja kita masih mengingat luka yang ditimbulkan dari bekas lidi tersebut maka saat itu kita tidak akan pernah mengikhlaskan hal baik datang kepada diri ini.
Kita tidak pernah berusaha untuk belajar sehingga selalu mencari penyebab “Mengapa saya terluka” bukankah memperbaiki segala luka dengan segala nilai positif lebih baik dibandingkan setiap kali pikiran ini mencari penyebab yang menimbulkan luka terhadap diri ini.  
Saat ini secara sadar begitu sulitnya kita memiliki nilai-nilai yang positif didalam diri ini, tetapi kalo saja kita berusaha untuk memilikinya maka dengan mudah sanggup untuk menghadapi sekian banyak lidi yang datang bersamaan.
Ada kalanya masalah-masalah datang tidak bergantian, bisa saja masalah tersebut datang secara bersamaan tanpa terkendali sehingga mengikat kaki ini untuk melangkah dan masalah tersebut membentuk satu kesatuan tanpa kita yang memintanya. Seribu pertahanan yang sudah kita buat tetapi tidak sanggup untuk menghadapi sekian banyak lidi yang datang bersamaan maka nilai-nilai positif menjadi perlu digunakan untuk membersihkan setiap masalah yang ada. 
Untuk itu cobalah untuk melatih segala nilai-nilai positif didalam ini setiap memandang masalah dari sudut manapun. Contohnya saja ketika kita memiliki masalah dengan sahabat terbaik sehingga mempertaruhkan nilai persahabatan tersebut maka cobalah untuk mengasah nilai-nilai positif yang ada didalam jiwa dan tubuh ini dengan melihat permasalahan dengan positif dari kedua sisi. Bukan hanya melihat masalah dari sisi kita tetapi cobalah untuk melihat permasalahan dari sudut orang tersebut dan tetap melihatnya dari pandangan positif.
Nilai-nilai positif memiliki peran yang penting dalam kehidupan. Tidak hanya pikiran saja, banyak sekali yang mengatakan positive thingking tetapi jarang yang menyatakan Be Positive. Positive thingking atau berpikir positif belum tentu menghasilkan tindakan yang positif, atau berpikir positif untuk diri ini belum tentu memiliki berpikir positif untuk orang lain.
Untuk itu meningkatkan nilai positif yang ada didalam diri ini perlu nya untuk melakukan perbaikan-perbaikan setiap harinya sehingga saat ini kita sudah terbiasa untuk memiliki nilai yang positif. Dan saat ini barulah kita sudah mengatakan kepada orang lain “Be Positive”


Biarkan Tetap Satu






Lidi itu cuma satu sehingga dapat dengan mudah dipatahkan, bisakah terbayangkan kita mematahkan puluhan lidi yang terikat jadi satu? Bukankah lebih baik ketika kita mematahkan satu lidi dibandingkan ketika memilih untuk menumpuknya dan mematahkan di lain waktu sehingga lidi tersebut menjadi sekumpulan masalah yang terikat dan terbentuk menjadi sapu.
Manakah yang lebih baik yang harus kita pilih? Tentu saja lebih baik ketika memilih untuk mematahkan satu lidi dibandingkan harus mengumpulkannya menjadi satu kesatuan yang utuh. Begitu juga dalam menjalan berbagai masalah, jangalah menunggu dan menyimpan masalah dalam kehidupan ini sehingga akan muncul masalah yang baru lagi tetapi selesaikan satu terlebih dahulu hingga kita sudah siap menerima masalah lain.
Jangan biarkan kita sendirilah yang menumpuk setiap masalah hingga menjadi satu kesatuan. Dan setelah menjadi satu kesatuan tidak pernah ada niat untuk membereskan masalah tersebut. Bisakah kita membayangkan bagaimana jadinya jika setiap masalah dibiarkan menjadi satu kesatuan? Apa yang terjadi dalam kehidupan selanjutnya?  Biarkanlah lidi itu menjadi satu sehingga kita dengan memudahkanya mematahkanya. Setiap satu masalah datang langsung kita patahkannya jangan biarkan menunggu lidi tersebut menjadi dua, tiga, empat dan seterusnya.
Setiap kali masalah datang dalam kehidupan ini patahkanlah selalu sehingga kita tak lagi sebagai pengumpul lidi dalam arti kita bukanlah kolektor dari masalah.
Tentu kita tak pernah ingin disebut sebagai sang kolektor masalah, untuk itu patahkanlah lidi itu ketika menemukanya. Jika saat itu  kita tak mampu untuk mematahkanya berarti pada saat kita memilih sebagai sang kolektor masalah.
Lidi satu menjadi sangat mudah teratasi dibandingkan kita memiliki lidi-lidi berikutnya. Dan ketika satu sudah sanggup untuk dipatahkan maka kita pun juga telah sanggup untuk mematahkan lidi-lidi berikutnya.
Dengan penggambaran sebuah lidi tentu membawa pada sebuah proses belajar yang tentunya dialami setiap orang. Bahwa ketika sulit sekali mematahkan lidi tersebut, kita mencari jalan bagaimana caranya untuk mematahkanya dengan mudah hingga akhirnya menemukan cara tercepat dalam mematahkan satu buah lidi.
Semua melewati pencapaian karena pengalaman dan pembelajaran yang sangat baik. Kita telah terbiasa dalam menghadapi lidi-lidi dalam kehidupan sehingga tidak pernah takut untuk menyelesaikan lidi-lidi berikutnya yang akan masuk dalam kehidupan ini.  
Sehingga dari proses tersebut pengalaman mengajarkan kita menemukan jalan keluarnya, dan akhirnya kita bukan lagi sang kolektor masalah tetapi kita adalah sang problem solver yang baik dan dapat diandalkan. Yah menjadi problem solver dalam kehidupan sendiri memberikan dampak yang sangat baik dalam menjalani proses kehidupan berikutnya. Karena telah terbiasa maka segala hal tantangan dan kesulitan mampu teratasi dengan baik. Bahkan kita tak pernah lagi meninggalkan kesan yang buruk untuk kehidupan tersebut.  
Kesan yang buruk dalam kehidupan memberikan dampak tersendiri dalam proses kehidupan selanjutnya. Kalo saja setiap lidi yang berhasil dipatahkan dapat memberikan kesan sangat baik maka hidup yang dijalani menjadi sangat mudah untuk dihadapi. Bahkan suatu saat didalam diri ada suatu kerinduan untuk menerima tantangan berikutnya.
Jika awalnya kita tak merasa nyaman dengan mematahkan satu lidi tersebut awalnya merupakan sebuah pembelajaran kini zona pembelajaran tersebut menjadi zona kenyamanan yang menakjubkan dalam hidup ini. Patahkanlah setiap lidi yang datang menghadap kehidupan ini dan biarkan tetap akan selalu satu.

Rabu, 25 Mei 2011

Masalah itu adalah lidi






Ketika kita telah sanggup untuk menyadari diri ini bermasalah adalah saat yang tepat untuk memulai langkah berikutnya yaitu menganggap masalah tersebut sebuah lidi.  Masalah yang datang merupakan sebuah lidi yang suatu saat akan melukai diri ini untuk cobalah untuk mematahkan satu lidi tersebut. Sehingga kini lidi tersebut tak pernah lagi melukai kita. Tetapi sebaliknya apabila jika kita menganggap berat masalah ini sesungguhnya ini hanya merupakan pilihan terhadap persepsi dalam pikiran ini.
Kita bisa mengartikan sebuah persepsi tersebut merupakan pilihan yang hendak dilakukan terhadap pikiran ini sehingga menghasilkan tindakan mana yang harus dipilih. Jika menginginkan persepsi ini adalah baik, maka sebuah pesan akan menyampaikan ke dalam alam pikiran ini agar membuat suatu bentuk persepsi sesuai dengan yang diinginkan. Sehingga pesan baik tersebut diterima didalam alam pikiran ini hingga ketika  dapat menghadapi setiap percikan masalah dalam kehidupan yang akan dapat disikapi dengan cara positif.  
Apabila sebaliknya ketika kita sendiri yang justru membuat persepsi ini tidak sesuai dengan yang diinginkan sesungguhnya pesan yang ingin disampaikan ke dalam alam pikiran ini adalah salah. Sehingga mau tidak mau pikiran yang salah membawa ke dalam tindakakan yang salah.  
Hal ini bisa digambarkan sebagai berikut jika kita menganggap sebuah masalah tersebut adalah halangan justru kesulitan untuk menghadapi masalah tersebut menjadi sangat berat. Dan persepsi yang dimunculkan dalam pikiran ini adalah masalah dalam kehidupan sebuah besi yang sangat berat yang suatu saat dapat menjatuhkan seluruh tubuh ini. Besi yang akan menjadi penghalang setiap langkah ini dari sebuah proses kehidupan.  Besi yang justru menghancurkan segala proses terhadap kehidupan ini.
Hingga segala pikiran telah meblokir semua jalan yang sudah tersedia dan karena hal itu saat ini kita sendiri tidak pernah mengetahui dimana jalan keluarnya. Mata ini sudah tertutup oleh jalan yang sebenarnya sangat terang dan mudah untuk ditemukan. Tubuh ini dibiarkan untuk tidak bergerak karena ketakutan terhadap apa yang nanti dihadapi. Dan pikiran ini terus membayangkan hal-hal negative terhadap masalah yang dihadapi sehingga dapat saja merusak proses kehidupan tersebut.  
Dan Itulah persepsi yang digambarkan yang sesungguhkan ditumbuhkan dalam pikiran ini jika saja kita mempersepsikan sebuah masalah adalah berat bagaikan sebuah besi. Maka segala hal penggambaran negative yang ada didalam pikiran ini.
 Tetapi kalo saja kita mampu mengkondisikan pikiran ini dengan mempersepsikan bahwa masalah ini adalah sebuah lidi yang mampu di atasi. Maka sesungguhnya masalah tersebut menjadi sangat ringan. Lidi tersebut dapat kita patahkan pada saat kita memiliki masalah tersebut. Lidi yang tidak pernah akan menyusahkan kita selanjutnya dan tidak pernah akan melukai diri ini dalam proses kehidupan. Sehingga segala hal dalam memandang masalah adalah tergantung dari persepsi apa yang ingin kita ciptakan pertama kali.
Persepsi yang kita ciptakan pertama kali akan mempengaruhi segala hal dalam proses berpikir sehingga menghasilkan tindakan-tindakan.
Dalam hal ini Jika saja  setiap masalah dalam kehidupan sanggup dipersepsikan sebagai lidi maka dengan mudah dengan pesan akan mengantar dalam pikiran ini bahwa lidi itu ternyata sangat mudah untuk dipatahkan kemudian pesan itu diteruskan untuk perilaku untuk mematahkan sebuah lidi.
Tetapi sebaliknya yaitu bila masalah datang pertama kali  dan kita menolak terhadap masalah berarti pikiran ini sudah dapat mempersepsikan bahwa masalah-masalah tersebut adalah ranjau untuk kehidupan.
Sehingga alam pikiran ini akan mempersepsi bahwa “Saya saat ini sedang menghadapi masalah yang sangat berat” tahukah apa yang terjadi jika alam pikiran tersebut disambut dengan hal-hal yang dari awal skema nya adalah berat dan beban.
Jika kita telah mempersepsikan segala hal  yang diciptakan adalah berat setiap kita melangkah, kaki ini menjadi sangat susah dalam berjalan. Dan kita tetap tak memiliki kesanggupan untuk melangkah dan saat ini tetap berada di tempat yang sama.  
Tindakan yang kita lakukan sia-sia karena sekalipun kita melangkah tetap ditempat yang sama. Saat ini kita tidak memiliki proses kemajuan terhadap kehidupan yang kita miliki.  Tak hanya itu saja banyaknya terdengar kasus-kasus bunuh diri karena permasalahan yang menimpa dalam dirinya sendiri. 
Permasalahan dalam kasus bunuh diri memiliki beraneka ragam masalah dalam proses kehidupan pada setiap orang yang memilih jalan untuk mengakhiri hidup.  Persepsi yang mempengaruhi cara berpikir mereka sehingga memilih jalan tersebut dan persepsi yang sebenarnya mengantarkan kehidupan mereka untuk mengakhiri hidupnya.
Kita pertama kali telah menyadari bahwa “Yah, saya memiliki masalah” antarkanlah persepsi bahwa masalah tersebut hanya sebuah lidi yang sangat mudah dipatahkan ke dalam alam pikiran ini. Berikanlah berbagai informasi kemudahan-kemudahan jalan keluar dari setiap masalah-masalah tersebut. Biarkanlah alam pikiran ini memikirkan dan menyampaikannya bahwa “Ini terasa sangat ringan.”
Persepsi ini telah berhasil menyampaikan kepada alam pikiran kita kemudian sekarang adalah bagaiamana menyampaikanya ke dalam wujud tindakan. Jika memang benar bahwa kita telah menganggapnya sebuah lidi. Lalu untuk selanjutnya pertanyaan yang akan muncul didalam benak ini adalah mau diapakan lidi ini?.
Ketahuilah bahwa satu lidi pun akan bisa menyakiti diri ini, jika kita salah mengambil tindakan. Jangan biarkan pesan dari pikiran ini salah kita sampaikan dalam wujud tindakan. Proses kehidupan yang terlihat sempurna apabila kita telah mengambil hal yang benar dalam proses kehidupan.
Dalam penjelasan hal tersebut adalah jangan biarkan diri ini salah melangkah sehingga akan terjebak ke dalam jurang yang lebih dalam lagi.
Sebuah lidi bisa membuat menyakitkan apabila tindakan yang dipilih tidak benar dan menjadikan proses kehidupan berhenti sejenak. Saat ini juga coba bayangkanlah kita mengambil sebuah lidi lalu tanpa sengaja bagian tubuh ini tertusuk oleh lidi tersebut misalkan saja bagian mata ini tertusuk lidi tersebut, lalu apa yang terjadi? Tentu kita pasti akan menahan rasa kesakitan akibat luka tersebut.
Begitu juga dalam menghadapi setiap masalah. Jika saja kita telah salah mengambil tindakan terhadap sebuah lidi maka hal ini akan menjadi boomerang kembali dalam diri ini mau dibawa kemana setiap masalah tersebut. Apakah akan kita simpan hingga suatu saat akan menyakitkan atau justru sebaliknya lidi tersebut kita patahkan?
 Setiap konsekuensi pilihan terhadap tindakan selanjutnya akan membuat proses kehidupan menjadi berbeda. Karena kita membuat pilihan untuk menyimpannya lalu seperti penggambaran diatas hal ini justru melukai kita. Maka tindakan kita yang membuat proses kehidupan selanjutnya. Tetapi disaa kita telah sanggup untuk mematahkan satu lidi tersebut maka kita juga telah membuat pilihan terhadap proses kehidupan selanjutnya.
Untuk itu tetaplah berhati-hati terhadap pilihan bertindak karena setiap masalah akan membuat sesuatu yang berbeda dalam proses kehidupan.




Senin, 23 Mei 2011

Apakah Saya Bermasalah?






        Setiap kali teman saya  bercerita keluh kesah terhadap kehidupan hanya satu yang saya tanyakan kepadanya yaitu “Tanyakanlah kepada diri ini apakah sesungguhnya saya bermasalah?”. Itulah satu pertanyaan yang layak untuk diungkapkan ketika mengetahui bahwa sesuatu masalah telah menimpa kita dengan mengajukan pertanyaan kepada diri “Apakah saya bermasalah?” Lalu mengapa hanya pertanyaan tersebut jawabanya adalah Jika kita sanggup untuk menyatakan diri bahwa sesungguhnya saya memang bermasalah.
        Satu hal yang positif terdapat dalam diri ini adalah kita sanggup memeriksa diri sendiri bahwa terdapat hal yang salah didalam diri ini. Sehingga secara sadar ketika masalah datang begitu saja kita bisa menangkapnya dengan otomatis sehingga tidak perlu bersusah payah untuk mengontrol kesadaran akan setiap kesalahan tersebut.  Karena saraf dalam tubuh ini sudah terlatih untuk menangkap setiap masalah yang datang.
        Keadaan ini diciptakan karena sesungguhnya tubuh ini sudah terbiasa untuk menangkap setiap sinyal-sinyal masalah yang akan kita hadapi. Hal yang harus diwaspadai justru apabila seseorang tidak pernah menyadari bahwa dirinya bermasalah hingga hal ini menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.  Sehingga sinyal didalam diri tidak pernah tahu dimana letak kesalahan berada dimana hal ini mengakibatkan kita tidak pernah mengerti apa kesalahan yang ada didalam diri ini.
        Sinyal-sinyal tersebut menkondisikan dengan membuat tempat masalah yang baru. Hingga setiap kali kita tak menyadari bahwa sesungguhnya saya memiliki masalah.  Hal ini sebenarnya yang salah didalam diri ini ketika kita mengatahui bahwa sesungguhnya diri ini terlambat untuk menyadari dimana sebenarnya kesalahan ini? Sehingga hal ini bisa memunculkan permasalahan yang baru.         Permasalahan yang selanjutnya akan menyelimuti seluruh tubuh ini tanpa terkecuali dan akhirnya justru kita tak akan sanggup untuk mengusai segala pikiran dan tubuh. Tetapi permasalahan didalam diri ini yang sering muncul adalah kita tidak dapat mengkoreksi diri sendiri dengan mengajukan pertanyaan  “Emang salah saya dimana?” pertanyaan ini merupakan pertanda bahwa kesalahan mengkoreksi diri tidak dapat diatasi sehingga sinyal tersebut secara otomatis membuat tempat yang baru.
        Tak cukup sampai disitu saja, tempat tersebut akan terus melebar dan membuat wilayah yang baru. Wilayah yang semakin meluas sehingga akhirnya justru wilayah tersebut akan menjatuhkan kita pada nantinya. Karena sekarang wilayah tersebut telah memilki beraneka ragam masalah yang tidak dapat kita kendalikan. Wilayah tersebut yang sebenarnya akan menguasai diri kita sendiri. Kini semua kendali ada didalam wilayah tersebut.
        Hingga waktu yang berjalan cukup jauh sehingga menegur diri ini untuk melihat betapa banyaknya tempat baru yang telah kita buat. Waktu yang telah terbuang sia-sia tersebutnya layaknya tak pernah mungkin untuk kembali lagi. Waktu yang berjalan membuat secara kita sadar tempat-tempat tersebut justru akan mengotori pikiran ini.
        Betapa dahsyatnya pengaruh dari masalah-masalah yang datang dan mengotori pikiran ini. Tanpa kita sadari perilaku akan mensituasikan dengan pikiran saat ini. Sehingga saat ini perilaku kita telah terbiasa dengan hal-hal yang mempengaruhi pikiran ini. Bisakah kita membayangkan apa yang terjadi jika kita mengubah perilaku sesuai dengan pikiran yang sudah terkotori dengan kepingan masalah karena  justru kita sendiri yang memilihnya untuk memelihara masalah tersebut?  Perilaku yang akhirnya bisa menandakan dimanakah sebenarnya saya saat ini? Hingga tanpa kita sadari kini perilaku ini menjadi sangat berbeda ketika kita tak memiliki masalah apapun.
        Perilaku yang baru didalam diri ini, bisa mengakibatkan diri ini kehilangan kendali dan mengatakan “Sebenarnya saya ini mau seperti apa?” suatu pertanyaan yang diajukan kepada diri sendiri yang menandakan bahwa sesungguhnya ada rasa kelelahan yang megartika kita tak mampu menguasai setiap masalah yang ada.
        Kalau saja dari pertama ada rasa didalam diri untuk mengakui “Yah, memang benar saya memiliki masalah dan masalah sesungguhnya memberikan kesalahan”.
        Hal yang dapat mengubah pikiran ini tidak akan menjadi seperti itu. Karena sebelumnya pikiran ini telah diberikan sinyal positif bahwa “yah saat ini saya memiliki masalah, dan harus saya selesaikan sekarang” Lalu mengapa saat ini kita tidak pernah mengakui kepada diri sendiri? Saat ini kita menikmati hidup sekarang sehingga mengabaikan hal-hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
        Satu masalah sebenarnya yang terbesar dan sering sekali kita temukan adalah ketika kita sadari bahwa kita memiliki masalah, kita tidak membiarkan tubuh ini menerima masalah-masalah yang datang. Dan tubuh ini justru yang memilih untuk membiarkan setiap kepingan masalah yang datang. Hingga akhirnya masalah tersebut akan menguasai pikiran ini.
        Untuk itu dalam satu hari perlu adanya satu waktu untuk mengkoreksi apakah hari ini saya membuat masalah baru? Jika pertanyaan ini masih dijawab dengan rasa ketakutan untuk menjawab iya. Ketakutan karena nantinya tidak akan bisa menikmati rangkaian kehidupan ini. Rangkaian kehidupan yang justru akan menjatuhkan kita.
        Satu pelajaran baru yang dapat menggambarkan keadaan ini adalah menyadari         masalah yang datang ternyata lebih sulit daripada menyelesaikanya.  Untuk itu biarkanlah tubuh ini terbiasa terlebih dahulu untuk mengkondisikan bahwa masalah itu memang ada.
        Akuilah dengan mengatakan “Ya saya memang bermasalah” dengan hal seperti itu kita tak lagi membiarkan masalah yang datang terus menumpuknya. Karena kita sendiri yang akan berusaha untuk mematahakan setiap masalah yang datang dan pada akhirnya kita tubuh hingga segala pikiran ini terbiasa dengan keadaan seperti itu.

Jumat, 20 Mei 2011

Karena Hidup Adalah Tantangan





“Hidup adalah tantangan” begitulah cara saya terbaik dalam memandang sebuah kehidupan. Saya sangat suka dengan kata tantangan, karena bagi saya tantangan bisa memberikan usaha ini menjadi lebih maksimal. Saya merasa tertantang untuk melakukan yang terbaik, karena saya sesungguhnya tidak pernah ingin kalah terhadap sebuah kehidupan.
Saya akan menyakini diri ini bahwa saya layak menjadi pemenang untuk kehidupan diri sendiri. Saya pun layak untuk mendapat piala yang nanti akan dipersembahkan untuk diri saya karena membuat sebuah kehidupan menjadi sangat berwarna.  Piala yang saya buat sendiri dan berikan kepada diri sendiri merupakan sebuah symbol untuk memaknai bahwa ternyata saya mampu melewati kehidupan yang sangat berwarna ini. Itulah pelajaran yang saya ambil, ketika berusaha menjalankan hidup dengan menciptakan warna sendiri.
Dan hari ini saya mengambil keputusan bahwa masalah yang berat merupakan tantangan terdahsyat yang membuat hidup ini menjadi lebih berwarna. “Yeah, saya suka tantangan” begitulah ketika hari itu saya berteriak sangat hebat untuk menyakini bahwa memang saya suka tantangan.
\Hidup menjadi tidak berwarna jika kita menghindari tantangan, hidup menjadi sangat datar dan membosankan jika setiap harinya melakukan hal-hal yang itu saja tanpa berusaha memikirkan sesuatu keberhasilan yang ingin kita lakukan.
Kecenderungan selama ini adalah keberhasilan tertunda karena sejujurnya kita tidak pernah ingin menghadapi resiko yang akan dihadapi didepan mata. Ada sebuah rasa ketakutan yang sebenarnya melekat didada dan tak ingin melepaskanya karena sebenarnya kita sendiri belum sanggup menghadapi segala resiko tersebut.  Bagaimana kalo kita menilai segala resiko merupakan warna tersendiri yang sebenarnya sangat indah?
Anggaplah resiko adalah sebuah kuas dengan warna favorit kita kemudian tuangkanlah kuas tersebut dengan membentuk guratan yang sangat indah. Sebenarnya masalah yang ada didalam diri kita adalah masalah biasa atau tidak biasa? Selama ini kita tidak pernah sanggup untuk menghadapi tantangan karena kita sendiri tidak pernah membiasakan diri untuk menghadapi tantangan tersebut. Kalo saja kita ini mampu menyelupkan semua kuas yang ada ke dalam warna kesukaan kita tanpa ada perasaan keraguan yang ada didalam hati ini, pasti suatu saat goresan kuas tersebut akan menjadi sangat indah karena kita telah membiasakan diri ini untuk melukiskan setiap kehidupan tersebut.
Jika hari ini kita berkata kepada diri sendiri sungguh saya tidak mampu menghadapi ini semua, bagaimana kita membuat warna hidup ini? Hanya ada satu warna yang bisa melambangkan ketidak siapan tersebut. Coba kita lukiskan dengan keadaan ketidaksanggupan kita saat ini, pergilah ke sebuah toko gambar untuk membeli sebuah canvas dan beli lah hanya satu warna saja yang kita paling sukai. Kemudian gambarkanlah lukisan yang ingin kita gambarkan hanya dengan warna itu. Apa yang terjadi saat itu? Walaupun kita menyukai warna favorit tersebut tetapi sesungguhnya kita sendiri tidak bisa menikmati lukisan tersebut karena hanya satu warna saja. Bisakah membayangkan lukisan kita saat ini hanya satu warna saja.  Hal ini terjadi karena sesungguhnya kita sendiri tidak memiliki keberanian untuk mencoba warna lain.
Didalam diri sendiri ada rasa ketakutan, karena kita tidak sendiri tidak pernah dibiasakan untuk berpikir positif bahwa ternyata kita memerlukan tantangan untuk membuat warna-warna yang indah dalam kehidupan ini. Yah hal yang terbaik dalam menyikapi sebuah tantangan adalah terus memandangnya dari sisi yang positif dan teruslah membayangkan bahwa suatu saat nanti lukisan yang kita buat akan menjadi indah. Dan pada saat itu kita akan mengucapkan “Terimakasih, wahai tantangan Kau buat hidupku lebih berwarna”