Cari Blog Ini

Selamat datang di Inspirasiku

Realisasi Mimpi = Doa +Optimis + Positif Thingking+ Usaha + Mental Baja :)

Jumat, 08 Juli 2011

Ini mimpimu, Tasya





“Hay kau lihat bintang itu” tanya tasya kepada ku. “Tidak tas, ada apa dengan bintang itu, apakah itu bintang istimewa untukmu” dengan mata yang berbinar-binar dia menceritakan kepadaku bahwa dia ingin hidup lebih lama lagi seperti bintang itu agar dapat membantu orang-orang yang bernasib sama dengannya.
Namanya adalah angela Anastasia aku selalu memanggilnya dengan tasya, sesuai dengan namanya hatinya sebaik malaikat. Tasya adalah teman baikku dia terinfeksi virus HIV sejak dalam kandungan. Keberuntungan angel saat ini adalah dia masih diberikan nafas hingga umurnya yang ke 16 tahun.
Kedua orang tuanya tidak mampu bertahan hidup karena virus yang mematikan itu. Aku sangat bangga sebagai temanya yang memiliki semangat untuk hidup luar biasa. Aku tinggal bersamanya atas ijin orang tua ku. Orang tua ku memiliki sifat yang bijaksana sejak orang tuanya meninggal tasya diperbolehkan untuk tinggal di tempatku.
Awalnya dia menolak keinginanku tetapi seiring dengan berjalannya waktu aku dapat membujuknya agar dia tetap tinggal di rumahku dan akhirnya pun dia menyetujuinya. Kami bersahabat sejak masih kecil, orang tuaku tidak pernah membedakan dia dengan teman-temanku meskipun mereka telah mengetahui bahwa tasya terinfeksi Virus HIV. 
Sejak kecil tasya adalah gadis yang sangat ceria virus HIV tidak menghalangi kecerianya yang sangat luar biasa. Dia selalu bercerita bahwa dia ingin kedua tangannya membantu untuk memotivasi anak-anak yang bernasib denganya. Dengan keinginannya yang luar biasa orang tua ku mengenalkan tasya dengan salah satu pengurus cabang yayasan untuk HIV AIDS di wilayah itu.
Pada saat itu di umurnya yang ke 12 tahun dia termasuk anggota yang termuda. Kami senang melihatnya memiliki motivasi yang tinggi untuk terus hidup. Mimpinya sangat indah, yaitu suatu saat nanti dia ingin mendirikan sebuah yayasan yang selalu memotivasi untuk penderita HIV AIDS namun  mimpi indah ini tidak sempat dia wujudkan. 
Satu hari sebelum hari kelahiranya yang ke 17 dia mengajak seperti biasa menikmati malam yang penuh dengan bintang. Dia menunjuk satu bintang yang paling bersinar dari yang lain “Bella, lihatlah bintang yang indah itu, bintang itu yang paling bersinar dari yang lain. Kau tahu aku ingin sekali menjadi bintang yang paling bersinar itu”  dan aku menjawabnya “Aku yakin tasya, besok kau akan menjadi orang yang paling bersinar diantara yang lain”  Tasya melihat ke arahku sembari tersenyum kepadaku. Dia menceritakan bahwa betapa bahagianya kini ketika dia diberi kesempatan untuk menjadi pembicara disalah satu acara pengidap HIV.
Keaktifan yang luar biasa dalam yayasan HIV AIDS tersebut membawa tasya menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang yang bernasib sama denganya. “Bella, sesungguhnya aku masih ingin hidup 50 tahun lagi. Kau yakin aku pasti bisa hidup lebih lama lagi?” tasya sempat mempertanyakan hal itu kepadaku. Aku pun mengangguk dengan penuh rasa percaya diri bahwa orang seperti tasya yang memiliki semangat hidup yang tinggi pasti akan hidup lebih lama lagi. “Tas, sesungguhnya aku bahagia memiliki sahabat sepertimu” kami berpelukan satu sama lain hingga tak sadar ini adalah pelukan terakhir tasya dan aku.
Daya tahan tubuhnya kembali menurun sehingga dia harus di larikan ke rumah sakit, tetapi waktu berkata lain. Tidak sempat kami menginjakkan ke rumah sakit. Tasya sudah pergi untuk selamanya dalam perjalanan.
Aku sungguh tak menyangka bahwa ini terakhir kalinya aku melihat tasya. Tak kuat aku menahan air mata ini sembari mengatakan “tas, bangunlah itu bintangmu yang ke 17. Kau janji padaku untuk hidup lebih lama lagi” aku mencoba untuk membangunkan dari tidur yang panjangnya. Sepanjang perjalanan hanya tetesan air mata yang bisa ku lakukan.
Tasya adalah temanku yang terhebat dia belum mampu mewujudkan mimpinya. Dia ingin membuat seluruh orang didunia yang terjangkit virus tersebut harus memiliki semangat hidup yang tinggi. Tapi kini dia bertahan di usianya yang baru 17 tahun. Aku sangat bangga memiliki tasya.
Kejadian 8 tahun yang lalu membuat aku selalu ingin membuat mimpi tasya menjadi mimpi yang indah. Aku selalu berusaha untuk menunjukkan ke tasya bahwa mimpinya kini mampu dilihatnya di alam dunia sana. Kini dengan usaha kerasku aku mampu membuat sebuah yayasan motivasi untuk orang-orang yang sama dengan tasya.
Aku selalu menceritakan hari-hariku bersama tasya. Untung saja aku selalu merekam kebersamaan yang terindah bersama dengan tasya. Aku bahagia akhirnya aku mampu mewujudkan keinginan tasya. Tasya adalah sumber inspirasiku agar aku tetap semangat dan memiliki motivasi yang tinggi untuk menyatukan kepingan-kepingan mimpinya. Kini yayasan itu sudah berjalan dengan sangat baik dengan nama yang sama persis dengan nama tasya yaitu Angela Anastasia.
Lihatlah, kemari ini mimpi mu tasya. Itu yang ku ucapkan ketika ku mengunjungi makam sahabat yang terhebat yang selalu menjadi sumber inspirasiku.

Kegagalan sebagai batu loncatanku






Mimpiku adalah menjadi seseorang pembicara yang terkenal. Aku yakin suatu saat aku mampu meraih mimpi terindahku ini. Aku ingin suatu saat nanti semua orang mengenal “Yana” sebagai seorang pembicara. Tetapi saat ini ada yang menjadi kendalaku yaitu seorang yang memiliki wewenang menentukan layak atau tidaknya seorang pembicara tidak mempercayai diri ku. Menurutnya adalah bahwa aku tidak mampu melakukan hal yang terbaik untuk sesi itu. Hingga akhirnya peran ku tergantikan oleh seseorang yang memang sudah ahli memainkan peranya.
Setiap kesempatan yang datang kepadaku selalu saja ditampik oleh seseorang yang tidak mempercayaiku. dengan alasan bahwa aku tidak mampu. Sesungguhnya aku ingin sekali kesempatan itu datang padaku.
Pernah suatu hari aku berharap untuk mendapatkan peran itu dan menampilkan sesi pertunjukkan itu, seorang teman sudah memberikan kesempatan yang luar biasa untukku. Pada hari itu aku bercoba berlatih didepan kaca untuk menampilkan semua yang terbaik, dalam hati aku hanya ingin menampilkan yang terbaik untuk sesi pertunjukkanku. Aku menghayati peran ku dalam latihan tersebut, tak lupa pula ku panjatkan doa agar diberikan kemudahan menghadapi peluang yang baik ini.
Rasanya aku sudah tak sabar untuk menampilkan seluruh kemampuan ku saat ini.  Aku menunggu waktu ku dengan hati yang tenang dan penuh kegembiraan. Ketika bertanya pada seorang teman untuk menyakinkan bahwa aku sudah siap untuk tampil, tetapi pada saat itu ada salah satu orang yang tidak mempercayai peranku dengan alasan aku tidak mampu. “Yan, maaf belum saatnya kesempatan itu datang padamu. Aku sudah berjuang melakukan yang terbaik agar kau mendapatkan kesempatan itu. Tetapi beliau masih belum ingin kau tampil dulu” pada saat itu aku sungguh sangat kecewa mendengarnya. Dalam hal ini beliau adalah orang yang memiliki wewenang yang penuh untuk menentukan seluruh peran. Tetapi aku berusaha untuk mencoba berpikir positif sebisa mungkin, aku tidak ingin menunjukkan rasa kecewa ini kepadanya.
Aku berusaha untuk menghibur diriku bahwa mungkin kesempatan ini bukan waktu yang tepat menunjukkan bahwa aku yang terbaik. Aku sempat mempertanyakan kepada seorang teman yang mempercayai peran itu untukku, mengapa aku tidak dipercaya olehnya?  Dia berusaha untuk menghiburku bahwa suatu saat akan dapat peran yang lebih besar lagi untukku. Sesungguhnya ini adalah sarana interopeksi yang terbaik dalam menilai apa yang kurang didalam diri ini?
Aku bercerita kepada seorang pembicara yang sudah cukup dikenal untuk menceritakan mengapa aku tidak pernah diberikan kesempatan untuk tampil, padahal aku telah berusaha dan berlatih semaksimal mungkin. Dia hanya mengatakan kepadaku “Jadikan dia sebagai partner untuk melangkah menuju tangga keberhasilan, dan jangan pula kau membencinya lalu menjadikanya musuh untukmu. Kau akan terpacu untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya kau memiliki kemampuan yang luar biasa. Hanya saja waktu yang indah belum kau dapatkan pada hari itu” aku mengucapkan terimakasih kepada temanku, dan mengikuti saran yang luar biasa ini.
Aku terus berlatih setiap hari mengasah kemampuan ku untuk berkomunikasi dan berbicara didepan umum.  Aku terus memperdalam setiap pengetahuan yang datang kepadaku.  Keesokan harinya aku hanya berharap bahwa hari akan semakin baik dan berusaha melupakan rasa kekecewaanku ini. Suara ponsel memanggilku, ku terima dengan perasaan yang senang. Di luar dugaanku ternyata aku dipercaya oleh orang yang baru dalam kehidupanku untuk melihat kemampuan ku berbicara didepan umum. Ku tutup ponsel ini dan ku katakan “Terimakasih Tuhan, ini hadiah yang luar biasa untukku. Dimana ada sebuah keseimbangan alam ketika ada orang yang tidak mempercayai kemampuan ini ada pula yang masih mempercayaiku”  aku berlatih semaksimal mungkin agar tes ini nantinya tidak akan mengecewakan seseorang yang telah mempercayaiku.
 Ketika aku berlatih, aku meminta tolong kepada orang-orang terdekat untuk memberikan saran agar aku menjadi lebih baik lagi.  Hari itu tiba, aku berusaha untuk menampilkan semaksimal mungkin kemampuanku. Perasaan legowo pun berusaha aku terapkan untu diri ini agar tidak ada rasa kecewa kembali untuk mendengar kata “tidak”. Aku mencoba untuk mendisiplinkan diri bahwa jika mereka menolakku itu bukanlah waktu yang indah untukku. Aku mengikuti saran dari temanku terus  jadikanlah dia partnermu. Ah ku pikir aku sudah menampilkan yang terbaik didalam diri ini.
Hari itu adalah hari bersejarah untukku dimana aku dapat memecahkan rekor diriku sendiri bahwa sesungguhnya aku mampu menjadi seorang pembicara.  Aku senang sekali kabar baik dari mereka adalah mereka mempercayaiku untuk menjadi partner sebagai pembicara ditempatnya.
Sesungguhnya ini adalah langkah awal menuju keberhasilanku. Dan ini adalah langkah awal keberhasilanku dimana aku berhasil mengubah kegagalan sebagai batu loncatan menuju keberhasilan.
Prinsip itulah yang selalu ku terapkan bahwa indahnya kegagalan apabila mampu mengubahnya sebagai keberhasilan yang terindah. Kini inilah diriku, dimana diri ini menjadi pribadi yang lebih memiliki karakter dan siap melangkah untuk mencapai tangga keberhasilan yang berikutnya.