Puing-puing bekas bencana itu masih ada. Hanya diam membisu entah memandangi seluruh bangunan yang sudah rata dengan tanah. Kalau saja ku ingat kejadian banjir bandang yang telah memporak-porandakan hampir seluruh rumah di satu kecamatan ini rasanya air mata ini tidak bisa ku hentikan. Aku pun hampir tidak ingat di mana letak rumahku saat ini.
Angin berhembus sangat kencang sekali, hingga menusuk semua nadi yang berdenyut menyelusuri nafasku. Sesuatu yang menyentuh punggung tanganku, angin yang membawakan ini untukku. Ku ambil secarik kertas itu yang hampir melayang kembali karena angin. Ah...... air mata ku kembali berurai ketika terlihat foto ayah, ibu dan adikku yang masih utuh. Sudah 1 minggu setelah bencana itu aku sudah tidak pernah tahu keberadaan mereka.
Setiap hari aku ke lokasi ini untuk mengetahui jejak yang terpisah barangkali ada setiap tumpukan mayat yang baru saja di temukan terdapat salah satu keluargaku. Tetapi hingga sudah 7 hari sejak kejadian tidak di temukan keberadaan mereka. Menjadi tanda tanya dalam untuk kehidupan ku selanjutnya apakah keluargaku sebenarnya masih ada?
Air mata kembali perlahan membasahi wajahku yang setiap kali aku hapus kembali.
Bahkan langkah kaki ini sangat berat untuk ku pijakkan di atas bumi yang sudah tidak ingin ku kenal lagi. Aku tidak tahu kemana angin akan membawaku hidupku selanjutnya.
Ah biarkan angin yang meruntuhkan langkah kaki ini..... Ku pandangi langit yang hampir pekat menghitam... sebentar lagi hujan akan datang. Bisiku dalam hati. Aku harus kembali ke tempat sementara ku.
Penampungan yang di tempati ratusan pengungsi ini benar-benar membuatku jengah dan ingin melepaskan semua tali ini. Aku hampir tidak mengenal sesama orang di pengungsi ini. Semua serba terbatas disini. Ketika ku bayangkan kembali bagaimana kehidupan kami dahulu yang serba kecukupan sekarang ku harus terbiasa di hadapkan dengan hal yang asing bagiku.
Bahkan untuk tidur pun aku sangat tidak nyaman, hanya beralas terpal yang sangat dinginya menusuk kulitku dan selalu saja ada bagian tubuh ini tertekan atau tersenggol dengan bagian tubuh orang yang setiap malam berganti-ganti. Dan setiap malam aku hampir tidak dapat untuk memejamkan mata yang bagiku begitu lelah untuk melihat dunia ini.
saat ini usiaku baru saja 11 tahun seharusnya bulan depan aku harus masuk babak kehidupan baruku dimana meninggalkan bangku sekolah dasar dan seharusnya aku mesti melanjutkan ke satu tahap yang lebih tinggi lagi....
Saat ini dan malam ini aku harus putuskan untuk merengkuh mimpiku... atau tidak sama sekali.... aku ingin keluar dari tempat yang membuat ku tidak nyaman ini..... aku ingin membuat hidupku lebih baik lagi... aku ingin merubah ini semua........
Ku ingin menjadi kan nyata untuk setiap langkah ini..... memilih untuk meninggalkan tempat ini adalah langkah pertamaku......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar