Banyak orang yang melakukan pembenaran pada prinsip. Si I menganggap prinsipnya adalah yang paling benar karena banyak orang yang menganut prinsip tersebut. Sedangkan Si K menganggap prinsip I salah karena banyak sekali terjadi perbedan prinsip diantara golongan si I. Sedangkan Si B menganggap prinsipnya adalah paling benar karena hampir tidak pernah terdengar pertikaian antara golongan Si B. Untuk golongan minoritas si H bersikap cuek dan tidak ingin terlalu terlibat jauh dengan golongan yang lain tetap berpegang teguh untuk segala prinsipnya.
Saya hanya mengandai-andai saat ini jika saja orang mati kemudian dapat di hidupkan kembali. Satu hal yang ingin saya tanyakan adalah “Bagaimana kehidupan mu di alam sana?” setelah pertanyaan itu terjawab saya akan mengajukan peryataan kembali “Lalu, apakah dialam sana selalu dipertanyakan prinsip yang paling benar?” seringkali pertikaian di dunia ini terjadi karena perbedaan prinsip dan salah paham.
Golongan tertentu menganggap golongan yang paling benar sehingga mempersalahkan golongan yang lain dengan cara-cara kekerasan. Kita adalah manusia yang dilahirkan sama, jika di dalam tubuh dan jiwa ini terdapat perbedaan prinsip hal ini adalah wajar tetapi kita tidak pernah bisa menyalahkan kelompok yang lainya atau kelompok yang minoritas.
Tak jarang orang mati ingin sekali meninggalkan kebaikan. Dan sedikit orang tersebut menginginkan jalur cepat agar meninggalkan kebaikan dengan cara mengorbankan banyak nyawa. Tahukah kita hal ini justru menyakitkan orang yang mempunyai prinsip yang sama.
Perbedaan bukan disikapi dengan cara kekerasan, dan perbedaan pula tak layak di kotori dengan kata-kata negative. Janganlah berharap kata kedamaian jika kita masih berpikir dan berharap bisa mengubah orang lain. Sama saja harapan tersebut akan menjadi sia-sia.
Jika kita masih menganggap diri kita adalah yang paling benar sehingga memaksakan setiap orang untuk mengikuti pembenaran yang ada dalam diri kita, maka janganlah ada harapan bahwa atas nama kebenaran akan ada kedamaian.
Cobalah untuk mengintropeksi bagaimana caranya pembenaran yang kita lakukan membuahkan sebuah kata kedamaian. Yah, Ubahlah diri kita dahulu baru kita mampu mengubah orang lain. Tetapi tak jarang banyak orang yang menolak kalimat ini dengan mengatakan “saya benar, dan dia yang salah. Mengapa saya harus mengubah diri saya dahulu? Seharusnya dia yang harus berubah karena sekali saya katakan bahwa saya benar!” banyak yang mengatakan hal demikian semua orang dengan alasan tersendiri melakukan pembenaran dari setiap alasan yang dikatakan.
Dengan hal demikian kita sekarang masih berada di zona nyaman kita. Zona yang terlalu kita nikmatin sehingga tanpa kita sadari justru tak ada perubahan yang dilakukan di zona tersebut. Kita merasa nyaman dengan menganggap apa yang kita lakukan adalah hal yang benar. Skema yang sudah tertanam cukup dalam di belahan otak ini. Sehingga susah sekali untuk mencabutnya lalu mengangganti dengan tanaman yang baru.
Tanaman yang baik sehingga tidak ditumbuhi oleh rumput-rumput liar justru tumbuh dengan buah yang banyak dan sangat manis sehingga orang dengan bisa menikmati buah tersebut dengan sangat nikmat.
Yah, ibarat hidup kita adalah sebuah tanaman dan kita berada di jalur dua pilihan zona yang membuat kita nyaman dengan tumbuhan seadanya dan satu zona yang membuat kita belajar. Di zona yang membuat kita bisa belajar ini adalah tanah yang sangat baik jika di tumbuhin dengan pohon yang bagus. Di sisi ini diharuskan kita bisa mengubah diri ini menjadi lebih baik dahulu kemudian jika kita telah berhasil meruntuhkan zona tersebut maka zona tersebut akan sangat indah sehingga setiap orang akan memandang kita dengan penuh kedamaian.
Pohon itu akan tumbuh baik jika berada di tempat yang benar, dan buah itu akan terasa sangat manis jika dipetik dalam waktu yang benar. Begitu juga kedamaian, kedamaian akan terasa sangat indah bila berada di tempat yang benar, dan manisnya kedamaian akan dapat dirasakan jika setiap orang pada waktunya bisa mengubah diri sendiri. Yah, kita akan memetik buah kedamaian yang sangat manis sekali, dan dapat dinikmatin setiap orang. Dan semoga saja kata kedamaian ini merupakan alat mempersatukan segala prinsip perbedaan ini.