Mimpiku adalah menjadi seseorang pembicara yang terkenal. Aku yakin suatu saat aku mampu meraih mimpi terindahku ini. Aku ingin suatu saat nanti semua orang mengenal “Yana” sebagai seorang pembicara. Tetapi saat ini ada yang menjadi kendalaku yaitu seorang yang memiliki wewenang menentukan layak atau tidaknya seorang pembicara tidak mempercayai diri ku. Menurutnya adalah bahwa aku tidak mampu melakukan hal yang terbaik untuk sesi itu. Hingga akhirnya peran ku tergantikan oleh seseorang yang memang sudah ahli memainkan peranya.
Setiap kesempatan yang datang kepadaku selalu saja ditampik oleh seseorang yang tidak mempercayaiku. dengan alasan bahwa aku tidak mampu. Sesungguhnya aku ingin sekali kesempatan itu datang padaku.
Pernah suatu hari aku berharap untuk mendapatkan peran itu dan menampilkan sesi pertunjukkan itu, seorang teman sudah memberikan kesempatan yang luar biasa untukku. Pada hari itu aku bercoba berlatih didepan kaca untuk menampilkan semua yang terbaik, dalam hati aku hanya ingin menampilkan yang terbaik untuk sesi pertunjukkanku. Aku menghayati peran ku dalam latihan tersebut, tak lupa pula ku panjatkan doa agar diberikan kemudahan menghadapi peluang yang baik ini.
Rasanya aku sudah tak sabar untuk menampilkan seluruh kemampuan ku saat ini. Aku menunggu waktu ku dengan hati yang tenang dan penuh kegembiraan. Ketika bertanya pada seorang teman untuk menyakinkan bahwa aku sudah siap untuk tampil, tetapi pada saat itu ada salah satu orang yang tidak mempercayai peranku dengan alasan aku tidak mampu. “Yan, maaf belum saatnya kesempatan itu datang padamu. Aku sudah berjuang melakukan yang terbaik agar kau mendapatkan kesempatan itu. Tetapi beliau masih belum ingin kau tampil dulu” pada saat itu aku sungguh sangat kecewa mendengarnya. Dalam hal ini beliau adalah orang yang memiliki wewenang yang penuh untuk menentukan seluruh peran. Tetapi aku berusaha untuk mencoba berpikir positif sebisa mungkin, aku tidak ingin menunjukkan rasa kecewa ini kepadanya.
Aku berusaha untuk menghibur diriku bahwa mungkin kesempatan ini bukan waktu yang tepat menunjukkan bahwa aku yang terbaik. Aku sempat mempertanyakan kepada seorang teman yang mempercayai peran itu untukku, mengapa aku tidak dipercaya olehnya? Dia berusaha untuk menghiburku bahwa suatu saat akan dapat peran yang lebih besar lagi untukku. Sesungguhnya ini adalah sarana interopeksi yang terbaik dalam menilai apa yang kurang didalam diri ini?
Aku bercerita kepada seorang pembicara yang sudah cukup dikenal untuk menceritakan mengapa aku tidak pernah diberikan kesempatan untuk tampil, padahal aku telah berusaha dan berlatih semaksimal mungkin. Dia hanya mengatakan kepadaku “Jadikan dia sebagai partner untuk melangkah menuju tangga keberhasilan, dan jangan pula kau membencinya lalu menjadikanya musuh untukmu. Kau akan terpacu untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya kau memiliki kemampuan yang luar biasa. Hanya saja waktu yang indah belum kau dapatkan pada hari itu” aku mengucapkan terimakasih kepada temanku, dan mengikuti saran yang luar biasa ini.
Aku terus berlatih setiap hari mengasah kemampuan ku untuk berkomunikasi dan berbicara didepan umum. Aku terus memperdalam setiap pengetahuan yang datang kepadaku. Keesokan harinya aku hanya berharap bahwa hari akan semakin baik dan berusaha melupakan rasa kekecewaanku ini. Suara ponsel memanggilku, ku terima dengan perasaan yang senang. Di luar dugaanku ternyata aku dipercaya oleh orang yang baru dalam kehidupanku untuk melihat kemampuan ku berbicara didepan umum. Ku tutup ponsel ini dan ku katakan “Terimakasih Tuhan, ini hadiah yang luar biasa untukku. Dimana ada sebuah keseimbangan alam ketika ada orang yang tidak mempercayai kemampuan ini ada pula yang masih mempercayaiku” aku berlatih semaksimal mungkin agar tes ini nantinya tidak akan mengecewakan seseorang yang telah mempercayaiku.
Ketika aku berlatih, aku meminta tolong kepada orang-orang terdekat untuk memberikan saran agar aku menjadi lebih baik lagi. Hari itu tiba, aku berusaha untuk menampilkan semaksimal mungkin kemampuanku. Perasaan legowo pun berusaha aku terapkan untu diri ini agar tidak ada rasa kecewa kembali untuk mendengar kata “tidak”. Aku mencoba untuk mendisiplinkan diri bahwa jika mereka menolakku itu bukanlah waktu yang indah untukku. Aku mengikuti saran dari temanku terus jadikanlah dia partnermu. Ah ku pikir aku sudah menampilkan yang terbaik didalam diri ini.
Hari itu adalah hari bersejarah untukku dimana aku dapat memecahkan rekor diriku sendiri bahwa sesungguhnya aku mampu menjadi seorang pembicara. Aku senang sekali kabar baik dari mereka adalah mereka mempercayaiku untuk menjadi partner sebagai pembicara ditempatnya.
Sesungguhnya ini adalah langkah awal menuju keberhasilanku. Dan ini adalah langkah awal keberhasilanku dimana aku berhasil mengubah kegagalan sebagai batu loncatan menuju keberhasilan.
Prinsip itulah yang selalu ku terapkan bahwa indahnya kegagalan apabila mampu mengubahnya sebagai keberhasilan yang terindah. Kini inilah diriku, dimana diri ini menjadi pribadi yang lebih memiliki karakter dan siap melangkah untuk mencapai tangga keberhasilan yang berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar