Cari Blog Ini

Selamat datang di Inspirasiku

Realisasi Mimpi = Doa +Optimis + Positif Thingking+ Usaha + Mental Baja :)

Senin, 25 April 2011

Ketika Pemimpin Berkata





Kata-kata bisa membuat kita memiliki motivasi yang tinggi, bisa pula justru menjatuhkan. Kita memerlukan kata-kata positif untuk membentuk semangat yang tinggi, tetapi tak kata negative juga memacu adrenalin untuk berbuat menjadi lebih baik.
Setiap untaian kata memiliki dua sisi, sisi menjatuhkan atau sisi motivasi. Setiap orang tentu setuju kata-kata motivasi positif membentuk sekumpulan motivasi yang berada di level tertentu. Kata-kata positif membentuk karakter kepribadian menjadi lebih baik lagi.
Jika dikaitkan dengan kepribadian tersebut tak jarang seorang pemimpin memiliki dua peranan terpenting apakah dia akan membantu bawahanya untuk naik ke level tertinggi atau justru menjatuhkanya? Seorang pemimpin dapat dikatakan berhasil jika memiliki bawahan yang bisa lebih sukses darinya. Rasanya semua orang tidak sependapat jika memiliki seorang pemimpin yang justru menjatuhkan bawahanya.
Hal ini bisa saja terjadi didalam sebuah lingkungan pekerjaan. Saya mengambil contoh dari keadaan yang mungkin kita alami juga. Pada waktu itu pimpinannya meminta staffnya untuk membuatkan sebuah ide proyek karena permintaan klientnya, Kemudian ia melakukan tugasnya semaksimal mungkin. Hingga berusaha mendapatkan gambaran jelas berdasarkan keterangan dari atasanya.
Ketika dia merasa tak mengerti dia bertanya langsung kepada atasanya. Kemudin ide-ide tersebut menjadi siap dipresentasikan didepan clientnya. Dia pun diminta hadir untuk menjelaskan ide-ide yang notabene telah dapat perbaikan dari seorang atasanya. Ketika staffnya berusaha mempresentasikan pekerjaanya didepan clientnya, dan mendapatkan pertanyaan dari klientnya. Dia berusaha menjawab semaksimal mungkin, argumentasinya pun didukung dari sejumlah data.
Ketika menghadapi pertanyaan sulit dia merasa kebingungan dan berusaha untuk mencari jawabanya. Sebelum dia berbicara alangkah terkejutnya dia, ketika mendengar atasanya justru menggunakan kalimat yang menjatuhkan didepan forum dengan mengatakan “Seharusnya tak begini, kamu salah dalam membuat proyek tersebut” tatapan mata dan gerak tubuhnya mengarah ke dia.  
Pada hari itu dia mendapatkan banyak kalimat yang menjatuhkannya didepan forum. Apa yang terjadi saat itu? Dia menjadi tidak respect dengan atasanya. Walaupun dia tidak respect dengan atasan dia masih mencoba semaksimal mungkin mengerjakan proyeknya sampai selesai. Tetapi pada saat evaluasi hasil kinerja seorang atasan menganggap hasil kinerjanya 0. Atasan menganggapnya tak mempunyai nilai sama sekali akan usaha yang dikerjakanya dengan maksimal.
Dia berusaha memperdebatkan arti 0 tersebut “Mengapa anda tidak memberikan saya nilai untuk pekerjaan saya. Jika anda memberikan angka 0 berarti sama saja saya tidak melakukan apa-apa terhadap pekerjaan tersebut” Dari contoh diatas ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan seorang atasan yaitu pertama dia tidak mampu memback up bawahanya ketika berhadapan dengan klient.
Jika hal ini terjadi, klient akan membaca bahwa proyek tersebut tidak dilakukan dengan profesionalitas. Dan akhirnya bisa saja terjadi mosi tidak percaya apabila terdapat project kembali. Dan yang kedua seberapa pun hasil kerja bawahanya tidaklah layaknya jika dihargai dengan nilai 0.
Bukan atasan yang baik yang menilai anak buahnya dengan nilai 0. Jika dia tidak mampu sekalipun seharusnya bimbinglah dia untuk mencapai kesuksesan diangka 10. Tidaklah wajar hasil yang dilakukan maksimal dihargai dengan nilai setidaknya ada nilai yang diberikan untuknya entah 6 atau bahkan hanya 5, karena pekerjaan dianggap tidak masalah.
Tentu saja nilai 0 memberikan dua pilihan untuk staffnya tersebut yaitu pertama 1. Tidak ingin lagi bekerja dengan maksimal karena semaksimal mungkin baginya akan mendapatkan nilai 0 2. Bekerja seperlunya saja karena masih berada dalam ruang lingkup kepegawaian yang merupakan tanggung jawabnya. Dia hanya menganggap pekerjaan itu merupakan tanggung jawab untuk diselesaikan tanpa mengharapkan nilai apa-apa. Jika hal demikian tersebut seorang pemimpin janganlah terlalu banyak berharap seorang bawahan dapat keluar dari zona nyaman untuk berkreasi terhadap pekerjaan. Karena hanya diingat saat itu yaitu “Kata-katamu adalah duri untukku”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar