Matahari mulai menampakkan perangainya. Berhenti ku di antara dua sisi pematang yang menenangkan hati ini berulang kali ku mencoba bersyukur atas anugerah penciptaan yang luar biasa. Bersimpuh duduk dengan memandang langit yang masih di hiasi oleh kabut. Luar biasa Ungkapku dalam hati…. Berjalan kembali diantara deretan padi yang terbentang luas dan tak dapat tertangkap dengan mataku…..ku hanya tersenyum simpul dengan pemandangan ini. Begitu menenangkan hatiku, yang memiliki rasa jenuh terhadap kota metropolitan yang sudah sangat sumpek dan penyumbang polusi terbanyak.
Yah ku rajut berbagai macam menjadi suatu kesatuan yang utuh dan kuyakin ku mampu mempertahankan segala yang telah di tetapkan oleh Mu. Termenung untuk berhenti sejenak memandangi alam bebas membuatku mempunyai semangat kembali dalam menciptakan rajutan mimpi dengan sangat indah.
Tidak juga seperti air yang mengalir menuju hulunya tapi aku ingin membawa arus tersebut ke dalam sebuah wadah yang akan kusiapkan nanti jika waktu telah tiba ku ingin wadah tersebut terbuka dan berisi intan yang tak ternilai harganya.
Disebelah ku tertidur seorang wanita yang masih bersemangat dan sangat ku cintai. Dialah pelita hatiku di kala hatiku sedang membutuhkann pemicu. Pemicu semangat ku menjadi kesatuan yang utuh di dalam jiwa yang rapuh ini. Dengan memandang wajahnya saja membakar segala pemicuku untuk tetap bersemangat mendapatkan intan-intan tersebut. Dialah sebagai penerangku di kala hatiku tertutup oleh kabut kegelapan.
Bersyukur itulah kunci utama untuk membuka pintu gerbang keemasan yang bertajuk “Selamat, kau dapat mencintai apa yang telah diciptakan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar